Jurnal Akuntansi & Keuangan

Accounting & Finance Journal ....

Custom Search

Pemberdayaan Masyarakat Lokal Menuju Kemandirian Ekonomi

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/26/2008

Oleh. Paula Widiastuti N untuk British Council Blog Competition

Kenaikan BBM akibat naiknya harga minyak mentah dunia memunculkan beragam reaksi. Pemerintah sebagai representasi dari masyarakat mengeluarkan kebijakan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai bentuk pengganti dari subsidi BBM. Masuk akal jika subsidi BBM dihapuskan karena perekonomian negara sudah tidak kuat lagi menanggung subsidi yang semakin over budget. Namun apakah BLT adalah solusi ampuh bagi terpuruknya ekonomi masyarakat kelas bawah yang merupakan sasaran penyaluran BLT?

Seiring dengan naiknya harga berbagai jenis kebutuhan pokok, demikian pula ekonomi Indonesia semakin bangkit. Bisa kita lihat ke sekeliling pembangunan mal dan pusat perbelanjaan tak putus di seluruh provinsi dan daerah. Hari libur pun tetap merupakan hari belanja, sale di mana-mana sepertinya tetap menjadi daya tarik untuk menjaring masyarakat kita yang semakin konsumtif.

Apa benar kenaikan harga barang dan BBM akan makin menyengsarakan masyarakat Indonesia? Jika ya, mengapa pasar tak pernah sepi?

Saya tak ingin menjawab jika pertanyaannya seperti itu. Jika saat ini saya misalnya sedang mengamati kepulauan di NKRI ini dari Google Earth, saya rasa lebih baik zoom akan saya arahkan menuju lokasi-lokasi terpencil yang jauh dari pusat-pusat belanja, jauh dari pusat-pusat kekuasaan dan uang beredar.
Ternyata Indonesia tak sebegitu pesat perkembangannya, 4-10 tahun lalu sama saja dengan sekarang. Klasik memang tapi itulah kenyatannya. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hukum Pareto yang menyatakan bahwa 80% uang beredar dikuasai oleh 20% manusia kiranya tepat dijadikan acuan sekaligus pemacu.

Pengunjung mal tetap ramai bisa jadi karena masyarakat kota yang sudah sangat fleksibel menanggapi gejolak harga. Ibarat karet, mungkin emosi jiwa kita sudah elastis. Kita bisa mensubsitusikan kenaikan harga barang dengan bekerja lebih keras (entah bagaimana caranya dari yang jujur sampe yang tidak jujur). Pengaruh lingkungan yang kompetitif membuat kita banyak belajar dan tetap punya spirit. Nah bagaimana dengan masyarakat pinggiran? Yang bisa mereka lakukan yang banyak kita lihat di tayangan tv maupun berita di koran, adalah mengurangi kualitas hidupnya. Yang biasanya makan 1 piring dengan 1 macam sayuran..akibat harga naik maka dikurangilah makannya menjadi nasi tok tanpa sayuran. Pernahkah kamu melihat seorang balita makan hanya dengan garam? Saya pernah dan itu 5 tahun yang lalu dan masih ada sampai sekarnag. Pernahkah kamu melihat bayi diberi minum kopi? Saya pernah dan itu orangtuanya lakukan karena tidak mampu membeli susu formula sedangkan ibunya sudah harus bekerja di ladang demi makan suami dan anak-anaknya.

Kata orang CSR bisa jadi solusi. Ok, itu jika di dekat perkampungan ada lokasi perusahaan atau ada perusahaan dan pengusaha yang perduli. Jika tidak?

Kata orang BLT bisa jadi solusi. Hm, sebetulnya mereka tidak pernah membeli minyak tanah karena mereka masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Solusi terpadu dan berkesinambungan
Pemerintah telah memulai solusi cepat, sederhana, instant dan high cost yaitu BLT. Bolehlah sebagai pembuka jalan. Nah sekarang mari kita pikirkan bagaimana solusi jangka panjangnya.

Quality of (Beliefs+Knowledge+Skills) x Qualitiy Of Action = Quality of Life

Untuk meningkat kualitas hidup, ada 2 area yang harus dibenahi:

1. Beliefs,Knowledge, Skills
    • Harus ada lembaga-lembaga sosial dan volunter yang terjun langsung ke masyarakat untuk mengubah pola pikir yang salah. Ubahlah zona nyaman mereka. Tentu saja ini tidak gampang (tetapi kita tetap harus yakin kita bisa). Budaya malas, tergantung kepada bantuan, denial terhadap realita dan kerasnya hidup, budaya excuse (alasan ini itu), menyalahkan orang lain dan pemerintah..ini semua adalah faktor penyebab dari stagnannya ekonomi dan kualitas hidup masyarakat kelas bawah.
    • Beri mereka ketrampilan yang paling diperlukan yang ada hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup mereka. Sediakan sarana untuk menambah ketrampilan yang diperlukan. Contoh: ketrampilan bercocok tanam yang efektif, ketrampilan berdagang, cara membangkitkan potensi yang tersembunyi dan lain-lainya.
    • Mulai dengan pendekatan yang berorientasi pada “kebutuhan” bukan berorientasi pada “pemberian/bantuan”. Caranya masyarakat harus dilibatkan dan harus dipahami kebutuhannya.
2. Action / Tindakan
  • Tidak ada penjelasan lain dari bagian ini kecuali BEKERJA DENGAN HATI. Sesuatu yang dijalani dengan iklas, bahagia dan dengan hati pasti akan membuahkan hasil. Dan jika hasilnya tidak sesuai target maka pasti hati kita tidak akan berbohong.
Pendampingan
Saya masih senang dengan kata ini. Mendengarnya saja hati sudah terasa sejuk. Masyarakat kita hanya perlu didampingi, supaya mereka tahu apakah jalan yang mereka tempuh sudah on track. Masyarakat kita tak perlu dimanja dengan uang. Subsidi dan BLT sama baiknya (jangan dibaca buruk). Tapi akan lebih baik lagi jika mereka diberdayakan untuk mandiri. Jangan sampai kemandirian hanya milik orang yang pintar saja.

Saya teringat cerita yang saya baca dari suatu buku tentang seorang yang menang lotre. Pada awalnya dia hanyalah orang biasa cenderung hidup susah. Setelah menang lotre, dia kemudian menginvestasikan uangnya di pasar judi Las Vegas. Tentu saja dia berjudi bukan berspekulasi (wajar dong, dia bukan spekulan). Tentu saja dia tak lupa menyewa apartemen mewah dan membeli aset komsumtif. Seketika uangnya habis tapi dia sudah senang. Katanya,”Tak apa saya jatuh miskin lagi, setidaknya saya pernah menikmati kekayaan dunia”. Cerita ini menggambarkan nilai ekonomis manusia yang akan tetap kembali ke titik yang sebelumnya sesaat setelah nilai ekonomisnya naik tajam. Jika lotre dianalogikan sebagai BLT, nah tidak diragukan lagi BLT tidak akan menaikan nilai ekonomis penerimanya.

P.S
Maaf, jika ada kata-kata yang menyinggung. Mungkin mata saya kurang jeli dan telinga saya kurang mendengar. Tapi yakinlah hati saya tetap terbuka untuk melihat ketimpangan yang ada.


Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book
  1. 1 comments: Responses to “ Pemberdayaan Masyarakat Lokal Menuju Kemandirian Ekonomi ”

  2. By Anonymous on December 30, 2009 at 11:32 PM

    mengapa tidak:)

Best view with:
Firefox and Opera

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Creative Commons License

Sharing knowledge for all, Scientific but simple. Free to use for improvement of accounting and accounting in Indonesia and world.
Please show me your support if you like this blog and if the content useful for you:
1. Keep this blog link in you mind. Remember the address : http://jurnalakuntansikeuangan.blogspot.com/
2. Bookmark this blog address
2. Give me a comment, you can write it behind every article you like
3. If you take the quotation, then you should write this blog address in your script/thesis/disertation reference
4. Put this blog button and link in your blog.
5. Subscribe for this blog feeds so you will have the update everyday right on your email
6. Give me a vote on technoraty, diggs etc

Success for you!!
..**Paula Widiastuti**..
paula_widiastuti@yahoo.com