Jurnal Akuntansi & Keuangan

Accounting & Finance Journal ....

Custom Search

Penyusunan Strategi Perusahaan dengan Menggunakan Perspektif Teori Option

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/24/2008

Oleh Paula Widiastuti, SE, MSM. Diringkas dari: "STRATEGY THROUGH THE OPTION LENS: AN INTEGRATED VIEW OF RESOURCES INVESTMENTS AND THE INCREMENTAL-CHOICE PROCESS" oleh Edward H. Bowman dan Dileep Hurry

Option (Opsi)

Opsi adalah kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang kontrak itu untuk membeli (call options) atau menjual (put options) suatu aset tertentu dengan harga tertentu (strike price/exercise price) dalam jangka waktu tertentu. Misalnya harga saham Telkom di bursa Amerika Serikat adalah US$ 29 per saham. Kalau seorang investor membeli call options untuk saham Telkom dengan strike price US$ 30 dan jatuh tempo tiga bulan dari sekarang, maka dalam tempo tiga bulan investor tersebut punya hak untuk membeli saham Telkom dari penjual opsinya seharga US$ 30 per saham. Jika dalam tiga bulan harga saham Telkom ternyata US$ 40 per saham, maka investor tersebut boleh menggunakan haknya (istilahnya exercise opsi) membeli saham Telkom dengan harga US$ 30 per saham. Kemudian kalau mau, investor tersebut bisa segera menjualnya di pasar dengan harga US$ 40 per saham, sehingga ia mendapat untung $10 per saham. Namun, jika ternyata harga saham Telkom setelah tiga bulan bukan US$ 40 melainkan US$ 15, investor tidak perlu exercise call options-nya karena Ia bisa membeli saham lebih murah dari US$ 30 per saham di pasar dan membiarkan saja kontrak call options-nya berakhir tanpa digunakan sehingga ia cuma rugi sebesar harga yang ia bayar untuk beli kontrak itu (harga ini disebut sebagai premi dari opsi dan merupakan sunk cost yaitu biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak dapat kembali lagi). Pada puts options, investor yang membeli akan mempunyai hak untuk menjual aset tertentu dengan harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Kalau harga aset turun drastis, pemegang kontrak put options akan untung besar. Sebaliknya, kalau harga aset naik di atas harga patokan, pemegang put options akan rugi sebesar premi dari opsi.

Option dan Strategi
Strategi pengambilan keputusan pada suatu perusahaan sangat terkait dengan pemilihan beberapa alternatif investasi tergantung pada sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Schendel dan Patton, 1978). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa strategi yang diambil akan sangat tergantung dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Demikian pula dengan option, strategi pemilihannya juga tergantung dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan (Bowman dan Hurry, 1987; Hurry, 1993; Miller dan Bowman, 1992) yang sesuai dengan logika ekonomi (Dixit, 1992).
Tujuan dari opsi adalah untuk memperkecil risiko yang dihadapi akibat dilakukannya suatu investasi serta memperkuat kemampuan perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya dengan agresif dengan biaya minimal. Teori opsi sebagai bagian dari ekonomi keuangan dan manajemen strategi tidak terlepas dari fenomena perilaku. Cox dan Rubinstein (1984:vii) memberi contoh bahwa pada situasi mendatang yang tidak pasti dan tidak dapat diramal maka pemegang option lebih senang membiarkan option-nya tetap open dan membeli kontrak opsi. Jika harga naik investor mempunyai pilihan untuk menjual atau tetap menahan. Bagaimana investor menentukan pilihan yang akan diambil akan tergantung pada sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut (Myers, 1997) dan walaupun investor tidak membeli kontrak opsi tetapi investor akan melakukan pola yang mirip dengan kontrak opsi tersebut tergantung preferensinya misalnya menjual pada saat opsi telah mencapai harga tertentu atau menahan opsi jika belum mencapai harga tertentu. Pengambilan keputusan untuk menjual atau mempertahankan opsi akan sangat tergantung pada kejelian pengambil keputusan akan adanya kesempatan yang sebetulnya dapat dikenali atau yang biasanya disebut shadow option (Bowman dan Hurry, 1987). Pengenalan terhadap shadow options terjadi melalui retrospective sense making (Hurry, Miller dan Bowman, 1992) yang harus dimiliki oleh setiap pengambil keputusan.

Proposisi
Dalam tulisan ini, Edward H, Bowman dan Dileep Hurry mencari titik temu antara teori option dengan manajemen strategi perusahaan. Ada 5 proposisi yang dikemukakan yaitu:

  • Proposisi 1: Organisasi yang dapat membuat kombinasi (bundle) opsi dengan lebih baik akan berkembang lebih agresif pada pasar dan ekonomi berkembang bahkan pada pasar dan ekonomi yang sulit daripada kompetitor yang tidak mengembangkan dengan baik option bundle-nya.
  • Proposisi 2: Pada persepsi realistik dari lingkungan usaha yang tidak pasti, organisasi yang menahan opsi pada waktu periode yang tidak stabil dan menjual opsi pada periode yang stabil akan berkembang pada jangka waktu panjang lama serta mendapat keuntungan akibat kinerjanya jika dibandingkan dengan organisasi lain yang mempunyai perilaku yang berbeda.
  • Proposisi 3: Organisasi yang memasuki bisnis dan pasar baru dengan investasi yang dikombinasikan misalnya membeli opsi dalam jumlah kecil diikuti dengan investasi lain dalam jumlah besar akan mempunyai kinerja yang baik dibandingkan dengan organisasi yang memasuki pasar dan bisnis baru dengan hanya salah satu jenis investasi saja (misalnya satu jenis investasi baik kecil maupun besar).
  • Proposisi 4: Kinerja organisasi yang mempunyai investasi dalam bentuk opsi mempunyai hubungan dengan waktu investasi tersebut dengan level mulai dari yang paling tinggi kinerjanya (level a) hingga yang paling rendah kinerjanya (level e) dengan urutan kinerja paling tinggi yaitu membeli opsi (call) setelah mendapat dua signal, menjual opsi setelah menerima signal kesempatan, membeli opsi setelah menerima signal datangnya kesempatan, menjual dan membeli opsi setelah menerima signal expiration dan menerima dan menjual opsi sebelum datangnya signal.
  • Proposisi 5: Organisasi dengan struktur yang mampu menahan portofolio dari opsinya akan memperlihatkan diversifikasi yang lebih luas dibandingkan organisasi dengan struktur yang tidak mempunyai kemampuan untuk menahan opsinya.
Strategi dan Teori Organisasi
Dengan perspektif options, manajemen strategi dan teori organisasi dapat dibagi menjadi empat tema, yaitu: resource allocation, sense making, organizational learning dan strategic positioning. Pembagian ini tergantung pada dua hal yaitu tipe dari pengambilan keputusan apakah berfokus pada isinya (content themes) atau prosesnya (process themes) dan bagaimana tipe analisisnya apakah berorientasi pada masa depan atau tidak.

Konklusi
Beberapa penjelasan lain dalam temuan empiris tentang option lens telah banyak dipublikasikan oleh peneliti lain:
  • Interaksi antara strategi dan pemilihan lingkungan. Menurut Child (1972), organisasi akan beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedangkan menurut Levinthal (1991), organisasi dan lingkungannya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
  • Garbage can yang dikembangkan oleh March dan Olsen pada 1976. Teori ini sejalan dengan shadow options dan isinya kurang lebih bahwa sumber investasi sekarang dapat membuat pilihan strategi investasi untuk masa mendatang.
  • Means consensus oleh Bourgeois (1980): Organisasi dengan manajer yang mempunyai konsensus yang sama terhadap strateginya akan memiliki kinerja yang baik (outperform).
  • Risk-return paradox yaitu adanya korelasi negatif antara keuntungan yang didapat perusahaan dengan variasi dari keuntungannya (Bowman, 1980, 1982).
Masih banyak riset lanjutan yang dapat diteliti menggunakan perspektif option. Perspektif teori opsi juga dapat memberikan pandangan yang berbeda terhadap strategi organisasi misalnya teori psychologizing dari suatu perusahaan (March dan Simon, 1958; Simon, 1995) yang memandang ekonomi sebagai pendekatan untuk menyusun strategi.

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book
  1. 2 comments: Responses to “ Penyusunan Strategi Perusahaan dengan Menggunakan Perspektif Teori Option ”

  2. By Anonymous on June 25, 2008 at 5:45 PM

    bu, bisa minta jurnal aslinya?

  3. By Anonymous on July 6, 2008 at 12:07 AM

    Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 5 Juli 2008

    Matinya Ilmu Administrasi dan Manajemen
    (Satu Sebab Krisis Indonesia)
    Oleh Qinimain Zain

    FEELING IS BELIEVING. C(OMPETENCY) = I(nstrument) . s(cience). m(otivation of Maslow-Zain) (Hukum XV Total Qinimain Zain).

    INDONESIA, sejak ambruk krisis Mei 1998 kehidupan ekonomi masyarakat terasa tetap buruk saja. Lalu, mengapa demikian sulit memahami dan mengatasi krisis ini?

    Sebab suatu masalah selalu kompleks, namun selalu ada beberapa akar masalah utamanya. Dan, saya merumuskan (2000) bahwa kemampuan usaha seseorang dan organisasi (juga perusahaan, departemen, dan sebuah negara) memahami dan mengatasi krisis apa pun adalah paduan kualitas nilai relatif dari motivasi, alat (teknologi) dan (sistem) ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Di sini, hanya menyoroti salah satunya, yaitu ilmu pengetahuan, sistem ilmu pengetahuan. Pokok bahasan itu demikian penting, yang dapat diketahui dalam pembicaraan apa pun, selalu dikatakan dan ditekankan dalam berbagai forum atau kesempatan membahas apa pun bahwa untuk mengelola apa pun agar baik dan obyektif harus berdasar pada sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan. Baik untuk usaha khusus bidang pertanian, manufaktur, teknik, keuangan, pemasaran, pelayanan, komputerisasi, penelitian, sumber daya manusia dan kreativitas, atau lebih luas bidang hukum, ekonomi, politik, budaya, pertahanan, keamanan dan pendidikan. Kemudian, apa definisi sesungguhnya sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan itu? Menjawabnya mau tidak mau menelusur arti ilmu pengetahuan itu sendiri.

    Ilmu pengetahuan atau science berasal dari kata Latin scientia berarti pengetahuan, berasal dari kata kerja scire artinya mempelajari atau mengetahui (to learn, to know). Sampai abad XVII, kata science diartikan sebagai apa saja yang harus dipelajari oleh seseorang misalnya menjahit atau menunggang kuda. Kemudian, setelah abad XVII, pengertian diperhalus mengacu pada segenap pengetahuan yang teratur (systematic knowledge). Kemudian dari pengertian science sebagai segenap pengetahuan yang teratur lahir cakupan sebagai ilmu eksakta atau alami (natural science) (The Liang Gie, 2001), sedang (ilmu) pengetahuan sosial paradigma lama krisis karena belum memenuhi syarat ilmiah sebuah ilmu pengetahuan. Dan, bukti nyata masalah, ini kutipan beberapa buku pegangan belajar dan mengajar universitas besar (yang malah dicetak berulang-ulang):

    Contoh, “umumnya dan terutama dalam ilmu-ilmu eksakta dianggap bahwa ilmu pengetahuan disusun dan diatur sekitar hukum-hukum umum yang telah dibuktikan kebenarannya secara empiris (berdasarkan pengalaman). Menemukan hukum-hukum ilmiah inilah yang merupakan tujuan dari penelitian ilmiah. Kalau definisi yang tersebut di atas dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya tidak atau belum memenuhi syarat, oleh karena sampai sekarang belum menemukan hukum-hukum ilmiah itu” (Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 1982:4, PT Gramedia, cetakan VII, Jakarta). Juga, “diskusi secara tertulis dalam bidang manajemen, baru dimulai tahun 1900. Sebelumnya, hampir dapat dikatakan belum ada kupasan-kupasan secara tertulis dibidang manajemen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa manajemen sebagai bidang ilmu pengetahuan, merupakan suatu ilmu pengetahuan yang masih muda. Keadaan demikian ini menyebabkan masih ada orang yang segan mengakuinya sebagai ilmu pengetahuan” (M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, 2005:19, Gajah Mada University Press, cetakan kedelapan belas, Yogyakarta).
    Kemudian, “ilmu pengetahuan memiliki beberapa tahap perkembangannya yaitu tahap klasifikasi, lalu tahap komparasi dan kemudian tahap kuantifikasi. Tahap Kuantifikasi, yaitu tahap di mana ilmu pengetahuan tersebut dalam tahap memperhitungkan kematangannya. Dalam tahap ini sudah dapat diukur keberadaannya baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Hanya saja ilmu-ilmu sosial umumnya terbelakang relatif dan sulit diukur dibanding dengan ilmu-ilmu eksakta, karena sampai saat ini baru sosiologi yang mengukuhkan keberadaannya ada tahap ini” (Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, 2005:18-19, PT Refika Aditama, cetakan ketiga, Bandung).

    Lebih jauh, Sondang P. Siagian dalam Filsafat Administrasi (1990:23-25, cetakan ke-21, Jakarta), sangat jelas menggambarkan fenomena ini dalam tahap perkembangan (pertama sampai empat) ilmu administrasi dan manajemen, yang disempurnakan dengan (r)evolusi paradigma TOTAL QINIMAIN ZAIN (TQZ): The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority, TQZ Administration and Management Scientific System of Science (2000): Pertama, TQO Tahap Survival (1886-1930). Lahirnya ilmu administrasi dan manajemen karena tahun itu lahir gerakan manajemen ilmiah. Para ahli menspesialisasikan diri bidang ini berjuang diakui sebagai cabang ilmu pengetahuan. Kedua, TQC Tahap Consolidation (1930-1945). Tahap ini dilakukan penyempurnaan prinsip sehingga kebenarannya tidak terbantah. Gelar sarjana bidang ini diberikan lembaga pendidikan tinggi. Ketiga, TQS Tahap Human Relation (1945-1959). Tahap ini dirumuskan prinsip yang teruji kebenarannya, perhatian beralih pada faktor manusia serta hubungan formal dan informal di tingkat organisasi. Keempat, TQI Tahap Behavioral (1959-2000). Tahap ini peran tingkah-laku manusia mencapai tujuan menentukan dan penelitian dipusatkan dalam hal kerja. Kemudian, Sondang P. Siagian menduga, tahap ini berakhir dan ilmu administrasi dan manajemen akan memasuki tahap matematika, didasarkan gejala penemuan alat modern komputer dalam pengolahan data. (Yang ternyata benar dan saya penuhi, meski penekanan pada sistem ilmiah ilmu pengetahuan, bukan komputer). Kelima, TQT Tahap Scientific System (2000-Sekarang). Tahap setelah tercapai ilmu sosial (tercakup pula administrasi dan manajemen) secara sistem ilmiah dengan ditetapkan kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukumnya, (sehingga ilmu pengetahuan sosial sejajar dengan ilmu pengetahuan eksakta). (Contoh, dalam ilmu pengetahuan sosial paradigma baru milenium III, saya tetapkan satuan besaran pokok Z(ain) atau Sempurna, Q(uality) atau Kualitas dan D(ay) atau Hari Kerja - sistem ZQD, padanan m(eter), k(ilogram) dan s(econd/detik) ilmu pengetahuan eksakta - sistem mks. Paradigma (ilmu) pengetahuan sosial lama hanya ada skala Rensis A Likert, itu pun tanpa satuan). (Definisi klasik ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur. Paradigma baru, TQZ ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur membentuk kaitan terpadu dari kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu).

    Bandingkan, fenomena serupa juga terjadi saat (ilmu) pengetahuan eksakta krisis paradigma. Lihat keluhan Nicolas Copernicus dalam The Copernican Revolution (1957:138), Albert Einstein dalam Albert Einstein: Philosopher-Scientist (1949:45), atau Wolfgang Pauli dalam A Memorial Volume to Wolfgang Pauli (1960:22, 25-26).
    Inilah salah satu akar masalah krisis Indonesia (juga seluruh manusia untuk memahami kehidupan dan semesta). Paradigma lama (ilmu) pengetahuan sosial mengalami krisis (matinya ilmu administrasi dan manajemen). Artiya, adalah tidak mungkin seseorang dan organisasi (termasuk perusahaan, departemen, dan sebuah negara) pun mampu memahami, mengatasi, dan menjelaskan sebuah fenomena krisis usaha apa pun tanpa kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum, mendukung sistem-(ilmu pengetahuan)nya.

    PEKERJAAN dengan tangan telanjang maupun dengan nalar, jika dibiarkan tanpa alat bantu, membuat manusia tidak bisa berbuat banyak (Francis Bacon).

    BAGAIMANA strategi Anda?

    *) Ahli strategi, tinggal di Banjarbaru - Kalsel, email: tqz_strategist@yahoo.co.id (www.scientist-strategist.blogspot.com).

Best view with:
Firefox and Opera

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Creative Commons License

Sharing knowledge for all, Scientific but simple. Free to use for improvement of accounting and accounting in Indonesia and world.
Please show me your support if you like this blog and if the content useful for you:
1. Keep this blog link in you mind. Remember the address : http://jurnalakuntansikeuangan.blogspot.com/
2. Bookmark this blog address
2. Give me a comment, you can write it behind every article you like
3. If you take the quotation, then you should write this blog address in your script/thesis/disertation reference
4. Put this blog button and link in your blog.
5. Subscribe for this blog feeds so you will have the update everyday right on your email
6. Give me a vote on technoraty, diggs etc

Success for you!!
..**Paula Widiastuti**..
paula_widiastuti@yahoo.com