Jurnal Akuntansi & Keuangan

Accounting & Finance Journal ....

Custom Search

IVVM = Suatu cara menemukan ide judul thesis

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/27/2008

Bagi banyak mahasiswa, menyelesaikan skripsi atau pun thesis merupakan suatu batu sandungan. Bagaimana tidak, skripsi dan thesis ibarat momok menakutkan mengingat inilah GOAL terakhir bagi mahasiswa yang ingin menyandang gelar Sarjana. Tak jarang penyelesaian skripsi menjadi berlarut-larut dan diselingi dengan cuti kuliah dengan alasan belum dapat judul, belum bisa maju sidang, judul yang tidak disetujui dosen pembimbing atau waktu yang kurang karena sibuk bekerja.

Berdasarkan pengalaman pribadi, dan tentu memperhatikan faktor external, ternyata ada satu ajian yang cukup ampuh dalam menyikapi masalah ide judul thesis. Kuncinya cuma 4 huruf yaitu : IVVM.

I = Idealisasi
V = Visualisasi
V = Verbalisasi
M = Materialisasi

Saya jelaskan satu per satu.
Idealisasi
Pikirkan hal yang jelek-jelek jika skripsi anda tidak selesai sekarang dan pikirkan apa yang baik-baik jika skripsi anda selesai sekarang. Apa tujuan anda kuliah dan mengapa dulu anda begitu ingin kuliah. Pikirkan berapa banyak uang dan waktu yang telah anda investasikan hingga anda mencapai apa yang anda dapat sekarang.

Visualisasi
Bayangkan dan ingatkan diri Anda selalu akan goal anda. Setidaknya 2x sehari: pagi hari ketika baru bangun tidur dan malam sebelum tidur. Bayangkan anda sedang mempresentasikan skripsi anda di depan teman-teman dan dosen. Bayangkan anda mendapat nilai A+ untuk skripsi anda dan bayangkan anda menjadi sarjana yang luar biasa.

Verbalisasi
Katakan pada diri sendiri bahwa anda sudah dekat dengan GOAL anda yaitu lulus dengan nilai sangat baik dan tepat waktu. Katakan bahwa skripsi anda adalah goal anda. Katakan dengan penuh semangat dan emosi.

Materialisasi
Bersiaplah menerima semua ide. Anda akan terkejut mendapati begitu banyaknya ide yang muncul. Ketika ide itu muncul jangan lewatkan..segera catat dan cari referensinya.

The evidence on the role of accounting conservatism in debt contracting

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/27/2008

By Paula Widiastuti, SE, MSM
Part of abstract [The Thesis]

This study provides evidence on the role of accounting conservatism in debt contracting. I hypothesize that (i) there is positive association between conflicts of bondholders-shareholders over dividend policy and the use of conservative accounting (ii) there is positive association between bond ratings and the use of conservative accounting.

Conflicts of bondholders-shareholders arise because of default risk in that the firm cannot pay the maturity debt because of having not enough net assets. The unavailability of enough net assets is caused by dividend overpayment to shareholders. The alternative to prevent dividend overpayment is to consistently use the conservative accounting. The conservative accounting affects earnings in that it leads to conservative earnings and reduces the possibility of earnings management by the firm.

So, I hypothesize that firms facing conflicts of bondholders-shareholders over dividend policy will use conservative accounting. Conservatism is measured by the difference between net income and operating cash flow. The lower net income than cash flow means the firm defers more unrealized revenues and expense cost rapidly when incurred. It means, the firm use more conservative accounting. The conflicts are measured by the variability of ROA, dividend payment ratio and debt ratio.

The second hypothesis which investigates the association between bonds rating and the level of conservatism based on theory that the lower the firm’s default risk, the higher the bonds rating. The firms with conservative accounting is expected to have lower default risk in that conservatism prevent dividend overpayment which cause the firm’s net asset is not enough to pay maturity bonds.

The first model result supports the hypothesis that there is positive association between conflicts of bondholders-shareholders and the use of conservative accounting. For the second model, the result do not support the hypothesis that there is a positive association between the bonds rating and the use of conservative accounting. The association between conflicts and conservative accounting provides evidence on the role of accounting conservatism in facing conflicts over dividend policy.

Deep analysis please read the full thesis (only in Bahasa)

Cara Install SPSS

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/27/2008

SPSS sebagai software pengolah data statistik tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Menanggapi pertanyaan dari seorang teman bagaimana cara install software ini ke komputer, berikut penjelasannya. Download di sini petunjuknya.

  1. Masukan CD installer SPSS ke CD ROM
  2. Browse CD kemudian cari setup.exe lalu klik 2 kali
  3. Proses install dimulai, klik Next terus sampai Finish
  4. Install selesai
Lanjutkan dengan membuat shortcutnya
  1. Masuk ke My Computer lalu ke C:\Program Files\SPSS\
  2. Cari spswin.exe
  3. Klik kanan lalu pilih create short cut
  4. Masih di C:\Program Files\SPSS, cari shortcut to spssswin.exe lalu klik kanan copy
  5. Lalu ke C:\Documents and Settings\All Users\Start Menu\Programs\SPSS for Windows
  6. Klik kanan paste
Cara membuka program: dari menu Start | All Program | SPSS for window | shortcut to spsswin.exe.

Download petunjuk install SPSS

Silahkah download

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/27/2008

Jurnal dan artikel akuntansi & keuangan yang bisa didownload gratis:

CAPM, 1st & 2nd Pass Regression(Definisi, contoh regresi dan hasil)

Istilah Pasar Modal

Contoh Riset Pemasaran

Tips Public Speaking

Software Financial Calculator Hewlet Packard 10BII

Kamus Akuntansi

Gunakan bahasa Inggris yang baik dan benar

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/26/2008

Ada-ada saja kelakar masyarakat kita. Suatu ketika saya lewat Slipi dari arah Tanah Abang, di bawah jembatan layang Slipi tepatnya di pangkalan ojek ada tulisan putih dengan huruf besar menarik perhatian saya. Spontan saya tergelak-gelak ketika membaca tulisan tersebut:”TIDAK MENERIMA OJEK BARU”. He..he..tampaknya lowongan staf pengojek di area Kolong Slipi sudah ditutup.

Di lain waktu di tengah-tengah macetnya Slipi, dari kejauhan ada satu tulisan yang menarik perhatian saya. Kreatifitas supir bis boleh juga, ada yang menulis motto hidupnya di bagian belakang bis..misalnya “DOA MAMA” sampai ke ledekan untuk diri sendiri “Nafsu Kuat – Tenaga Tak Ada”..yang ini kelihatannya ledekan untuk pemilik bus yang kurang perhatian dengan kendaraan miliknya…ketika muatan penuh jalannya jadi lelet dan asapnya berhamburan menambah polusi jalan.
Nah yang paling baru, hari Sabtu lalu. Yang ini bikin ketawa tapi juga salut. Tampaknya supir bis 46 jurusan Rambutan – UKI – Grogol begitu bangga dengan jati dirinya. Inilah identitasku..begitu kira-kira. Apalagi tulisannya menggunakan bahasa Inggris..seolah ingin berkata,”Biar supir bus, gua bisa juga bahasa Inggris”. Yang agak sedikit mengganggu, tulisannya sedikit keliru: FLAY BOY.

Lain halnya lagi anak remaja. Mereka sangat senang menggunakan bahasa Inggris tapi karena gejolak jiwa anak muda yang menuju kebebasan berekspresi biasanya mereka sangat suka dengan istilah-istilah yang agak slank. Tak jarang di jalan mereka menuliskan grafiti yang kurang sopan dan kurang enak dibaca. Menjamurnya tayangan dari luar serta lagu-lagu rap bertema kebencian rasanya agak mengancam rasa aman saya.

Dalam lingkungan akademik, tak jarang suatu istilah keilmuwan dalam bahasa Inggris sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan kalaupun diterjemahkan maka terdengar aneh dan malah sulit dipahami. Masih ingat dengan istilah ‘Tetikus’ sebagai ganti dari ‘Mouse’? Bagi mahasiswa dan kalangan ekonom tidak asing dengan istilah income smoothing, Competitive Advantage, Wealth Effects dan banyak lagi. Oh ya jadi ingat satu lagi yang lucu: “Sesame Street” di-translate menjadi “Jalan Sesama”. :)

Saat ini, penguasaan bahasa Inggris sudah menjadi keharusan. Dari SD bahkan TK anak-anak sudah diajarkan bahasa Inggris. Dalam pergaulan sehari-hari juga di lingkungan profesional bahasa Inggris merupakan keterampilan yang sangat diperlukan dan mendukung.

Sayangnya, bagi kalangan tertentu bahasa Inggris tetap merupakan suatu hal yang eksklusif. Bisa karena motivasinya kurang atau karena kesempatannya yang kurang. Terlepas dari sebab apapun itu, tentu motivasi selayaknya berada di atas segala-galanya. Ada motivasi tentu saja ada jalan. Ada motivasi tentu saja ada kesuksesan. Dengan menjamurnya produk-produk dari luar negeri, seperti film (bajakan maupun asli tanpa text bahasa Indonesia, produk kesehatan, makanan instant, produk elektronik dll) bahasa Inggris wajib dikuasai. Jika tidak, maka bangsa kita hanya bisa menjadi bangsa yang menggunakan produk luar tanpa bisa menikmatinya.

Pemberdayaan Masyarakat Lokal Menuju Kemandirian Ekonomi

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/26/2008

Oleh. Paula Widiastuti N untuk British Council Blog Competition

Kenaikan BBM akibat naiknya harga minyak mentah dunia memunculkan beragam reaksi. Pemerintah sebagai representasi dari masyarakat mengeluarkan kebijakan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai bentuk pengganti dari subsidi BBM. Masuk akal jika subsidi BBM dihapuskan karena perekonomian negara sudah tidak kuat lagi menanggung subsidi yang semakin over budget. Namun apakah BLT adalah solusi ampuh bagi terpuruknya ekonomi masyarakat kelas bawah yang merupakan sasaran penyaluran BLT?

Seiring dengan naiknya harga berbagai jenis kebutuhan pokok, demikian pula ekonomi Indonesia semakin bangkit. Bisa kita lihat ke sekeliling pembangunan mal dan pusat perbelanjaan tak putus di seluruh provinsi dan daerah. Hari libur pun tetap merupakan hari belanja, sale di mana-mana sepertinya tetap menjadi daya tarik untuk menjaring masyarakat kita yang semakin konsumtif.

Apa benar kenaikan harga barang dan BBM akan makin menyengsarakan masyarakat Indonesia? Jika ya, mengapa pasar tak pernah sepi?

Saya tak ingin menjawab jika pertanyaannya seperti itu. Jika saat ini saya misalnya sedang mengamati kepulauan di NKRI ini dari Google Earth, saya rasa lebih baik zoom akan saya arahkan menuju lokasi-lokasi terpencil yang jauh dari pusat-pusat belanja, jauh dari pusat-pusat kekuasaan dan uang beredar.
Ternyata Indonesia tak sebegitu pesat perkembangannya, 4-10 tahun lalu sama saja dengan sekarang. Klasik memang tapi itulah kenyatannya. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hukum Pareto yang menyatakan bahwa 80% uang beredar dikuasai oleh 20% manusia kiranya tepat dijadikan acuan sekaligus pemacu.

Pengunjung mal tetap ramai bisa jadi karena masyarakat kota yang sudah sangat fleksibel menanggapi gejolak harga. Ibarat karet, mungkin emosi jiwa kita sudah elastis. Kita bisa mensubsitusikan kenaikan harga barang dengan bekerja lebih keras (entah bagaimana caranya dari yang jujur sampe yang tidak jujur). Pengaruh lingkungan yang kompetitif membuat kita banyak belajar dan tetap punya spirit. Nah bagaimana dengan masyarakat pinggiran? Yang bisa mereka lakukan yang banyak kita lihat di tayangan tv maupun berita di koran, adalah mengurangi kualitas hidupnya. Yang biasanya makan 1 piring dengan 1 macam sayuran..akibat harga naik maka dikurangilah makannya menjadi nasi tok tanpa sayuran. Pernahkah kamu melihat seorang balita makan hanya dengan garam? Saya pernah dan itu 5 tahun yang lalu dan masih ada sampai sekarnag. Pernahkah kamu melihat bayi diberi minum kopi? Saya pernah dan itu orangtuanya lakukan karena tidak mampu membeli susu formula sedangkan ibunya sudah harus bekerja di ladang demi makan suami dan anak-anaknya.

Kata orang CSR bisa jadi solusi. Ok, itu jika di dekat perkampungan ada lokasi perusahaan atau ada perusahaan dan pengusaha yang perduli. Jika tidak?

Kata orang BLT bisa jadi solusi. Hm, sebetulnya mereka tidak pernah membeli minyak tanah karena mereka masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Solusi terpadu dan berkesinambungan
Pemerintah telah memulai solusi cepat, sederhana, instant dan high cost yaitu BLT. Bolehlah sebagai pembuka jalan. Nah sekarang mari kita pikirkan bagaimana solusi jangka panjangnya.

Quality of (Beliefs+Knowledge+Skills) x Qualitiy Of Action = Quality of Life

Untuk meningkat kualitas hidup, ada 2 area yang harus dibenahi:

1. Beliefs,Knowledge, Skills
    • Harus ada lembaga-lembaga sosial dan volunter yang terjun langsung ke masyarakat untuk mengubah pola pikir yang salah. Ubahlah zona nyaman mereka. Tentu saja ini tidak gampang (tetapi kita tetap harus yakin kita bisa). Budaya malas, tergantung kepada bantuan, denial terhadap realita dan kerasnya hidup, budaya excuse (alasan ini itu), menyalahkan orang lain dan pemerintah..ini semua adalah faktor penyebab dari stagnannya ekonomi dan kualitas hidup masyarakat kelas bawah.
    • Beri mereka ketrampilan yang paling diperlukan yang ada hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup mereka. Sediakan sarana untuk menambah ketrampilan yang diperlukan. Contoh: ketrampilan bercocok tanam yang efektif, ketrampilan berdagang, cara membangkitkan potensi yang tersembunyi dan lain-lainya.
    • Mulai dengan pendekatan yang berorientasi pada “kebutuhan” bukan berorientasi pada “pemberian/bantuan”. Caranya masyarakat harus dilibatkan dan harus dipahami kebutuhannya.
2. Action / Tindakan
  • Tidak ada penjelasan lain dari bagian ini kecuali BEKERJA DENGAN HATI. Sesuatu yang dijalani dengan iklas, bahagia dan dengan hati pasti akan membuahkan hasil. Dan jika hasilnya tidak sesuai target maka pasti hati kita tidak akan berbohong.
Pendampingan
Saya masih senang dengan kata ini. Mendengarnya saja hati sudah terasa sejuk. Masyarakat kita hanya perlu didampingi, supaya mereka tahu apakah jalan yang mereka tempuh sudah on track. Masyarakat kita tak perlu dimanja dengan uang. Subsidi dan BLT sama baiknya (jangan dibaca buruk). Tapi akan lebih baik lagi jika mereka diberdayakan untuk mandiri. Jangan sampai kemandirian hanya milik orang yang pintar saja.

Saya teringat cerita yang saya baca dari suatu buku tentang seorang yang menang lotre. Pada awalnya dia hanyalah orang biasa cenderung hidup susah. Setelah menang lotre, dia kemudian menginvestasikan uangnya di pasar judi Las Vegas. Tentu saja dia berjudi bukan berspekulasi (wajar dong, dia bukan spekulan). Tentu saja dia tak lupa menyewa apartemen mewah dan membeli aset komsumtif. Seketika uangnya habis tapi dia sudah senang. Katanya,”Tak apa saya jatuh miskin lagi, setidaknya saya pernah menikmati kekayaan dunia”. Cerita ini menggambarkan nilai ekonomis manusia yang akan tetap kembali ke titik yang sebelumnya sesaat setelah nilai ekonomisnya naik tajam. Jika lotre dianalogikan sebagai BLT, nah tidak diragukan lagi BLT tidak akan menaikan nilai ekonomis penerimanya.

P.S
Maaf, jika ada kata-kata yang menyinggung. Mungkin mata saya kurang jeli dan telinga saya kurang mendengar. Tapi yakinlah hati saya tetap terbuka untuk melihat ketimpangan yang ada.


Dicari lulusan SMK Akuntansi tahun 2007-2008

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/25/2008

Dicari lulusan SMK Akuntansi tahun 2007-2008 yang CERDAS, ambisius, mau belajar dan siap berkarir.

PT Integritas Makmur Mandiri , sebuah perusahaan pembuat software keuangan menyediakan TRAINING GRATIS dengan materi:

  • Akuntansi Perkantoran
  • Mengetik 10 jari cepat
  • Cara belajar yang efektif
  • Career planning (perencanaan karir)
  • Entry data akuntansi dengan FINA software
Job desc
Entry/input data akuntansi dan keuangan ke program FINA

Requirements
  • Lulusan SMK Akuntansi tahun 2007-2008
  • CERDAS
  • Ambisius
  • Mau belajar
  • Siap berkarir
Bagi peserta training yang lulus akan langsung diangkat sebagai FINA Operator selama 2 tahun. Jika berprestasi kemudian akan diangkat sebagai karyawan dan berkarir sebagai Assistant Trainer.

FINA Operator akan mendapatkan Gaji Pokok, Incentive, Transport & Meal (total di 1 juta). Hari kerja Senin-Jumat jam 09.00-17.00 dan Sabtu 09.00-14.00

Training GRATIS & Kepastian Kerja....BURUAN DAFTAR

Kirim lamaran lengkap ke:
Paula Widiastuti, SE, MSM
Chief Operating Officer
PT Integritas Makmur Mandiri
Wisma Slipi suite 307 Jl. S Parman Kav 12, Jakarta 11480
atau via email ke: paula@imamatek.com atau paula_widiastuti@yahoo.com
(tanpa attachment/lampiran) dengan subyek FO

Accounting Software Trainer (Lowongan)

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/25/2008

Integritas Makmur Mandiri atau yang lebih dikenal sebagai Imamatek; sebuah perusahaan pengembang software akuntansi FINA membuka kesempatan bagi Fresh Graduate S1 Akuntansi/Ekonomi/S1 Pendidikan Akuntansi untuk bergabung menjadi: Accounting Software Trainer

Pengumuman!! Mengapa Anda harus bergabung dengan Imamatek!

  1. Imamatek adalah tempat terbaik untuk belajar mengembangkan kemampuan, ketrampilan akan Accounting Software
  2. Imamatek adalah tempat terbaik untuk mengembangkan visi pribadi, motivasi dan pengembangan diri serta meniti karir
  3. Setiap karyawan baru mendapat training berkelanjutan
  4. Imamatek adalah perusahaan yang menjunjung persamaan gender. Setiap karyawan dinilai dan diberikan kesempatan yang sama yaitu dari prestasi & performa.
  5. Mendapat kesempatan training dan penyesuaian dalam masa percobaan 3 bulan
  6. Penghasilan di atas rata-rata fresh graduate (Rp 2 juta ke atas)
  7. endapat medical reimburse berdasarkan level karyawan terdiri dari 3 item dengan masing-masing plafon (rawat inap, rawat jalan, kacamata) dengan total senilai Rp 10,8 juta per tahun
  8. 15 hari cuti per tahun
  9. Mendapat kesempatan memiliki saham perusahaan lewat program Employee Stock Option
Accounting Software Trainer
(10 posisi, Jakarta Raya - Jakarta)

Job desc
Memberikan pelayanan online dan offline (training, konsultasi, troubleshooting) kepada user FINA dengan penuh emphaty & integritas tinggi

Requirements
Emphaty, senang melayani, motivasi tinggi untuk maju
S1 Akuntansi/Ekonomi/Pendidikan Akuntansi

Lamaran ditujukan ke
paula@imamatek.com atau paula_widiastuti@yahoo.com

Informasi perusahaan lihat di www.fina.co.id
Lowongan ini hanya dibuka hingga tanggal 30 Juni 2008

Penyusunan Strategi Perusahaan dengan Menggunakan Perspektif Teori Option

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/24/2008

Oleh Paula Widiastuti, SE, MSM. Diringkas dari: "STRATEGY THROUGH THE OPTION LENS: AN INTEGRATED VIEW OF RESOURCES INVESTMENTS AND THE INCREMENTAL-CHOICE PROCESS" oleh Edward H. Bowman dan Dileep Hurry

Option (Opsi)

Opsi adalah kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang kontrak itu untuk membeli (call options) atau menjual (put options) suatu aset tertentu dengan harga tertentu (strike price/exercise price) dalam jangka waktu tertentu. Misalnya harga saham Telkom di bursa Amerika Serikat adalah US$ 29 per saham. Kalau seorang investor membeli call options untuk saham Telkom dengan strike price US$ 30 dan jatuh tempo tiga bulan dari sekarang, maka dalam tempo tiga bulan investor tersebut punya hak untuk membeli saham Telkom dari penjual opsinya seharga US$ 30 per saham. Jika dalam tiga bulan harga saham Telkom ternyata US$ 40 per saham, maka investor tersebut boleh menggunakan haknya (istilahnya exercise opsi) membeli saham Telkom dengan harga US$ 30 per saham. Kemudian kalau mau, investor tersebut bisa segera menjualnya di pasar dengan harga US$ 40 per saham, sehingga ia mendapat untung $10 per saham. Namun, jika ternyata harga saham Telkom setelah tiga bulan bukan US$ 40 melainkan US$ 15, investor tidak perlu exercise call options-nya karena Ia bisa membeli saham lebih murah dari US$ 30 per saham di pasar dan membiarkan saja kontrak call options-nya berakhir tanpa digunakan sehingga ia cuma rugi sebesar harga yang ia bayar untuk beli kontrak itu (harga ini disebut sebagai premi dari opsi dan merupakan sunk cost yaitu biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak dapat kembali lagi). Pada puts options, investor yang membeli akan mempunyai hak untuk menjual aset tertentu dengan harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Kalau harga aset turun drastis, pemegang kontrak put options akan untung besar. Sebaliknya, kalau harga aset naik di atas harga patokan, pemegang put options akan rugi sebesar premi dari opsi.

Option dan Strategi
Strategi pengambilan keputusan pada suatu perusahaan sangat terkait dengan pemilihan beberapa alternatif investasi tergantung pada sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Schendel dan Patton, 1978). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa strategi yang diambil akan sangat tergantung dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Demikian pula dengan option, strategi pemilihannya juga tergantung dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan (Bowman dan Hurry, 1987; Hurry, 1993; Miller dan Bowman, 1992) yang sesuai dengan logika ekonomi (Dixit, 1992).
Tujuan dari opsi adalah untuk memperkecil risiko yang dihadapi akibat dilakukannya suatu investasi serta memperkuat kemampuan perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya dengan agresif dengan biaya minimal. Teori opsi sebagai bagian dari ekonomi keuangan dan manajemen strategi tidak terlepas dari fenomena perilaku. Cox dan Rubinstein (1984:vii) memberi contoh bahwa pada situasi mendatang yang tidak pasti dan tidak dapat diramal maka pemegang option lebih senang membiarkan option-nya tetap open dan membeli kontrak opsi. Jika harga naik investor mempunyai pilihan untuk menjual atau tetap menahan. Bagaimana investor menentukan pilihan yang akan diambil akan tergantung pada sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut (Myers, 1997) dan walaupun investor tidak membeli kontrak opsi tetapi investor akan melakukan pola yang mirip dengan kontrak opsi tersebut tergantung preferensinya misalnya menjual pada saat opsi telah mencapai harga tertentu atau menahan opsi jika belum mencapai harga tertentu. Pengambilan keputusan untuk menjual atau mempertahankan opsi akan sangat tergantung pada kejelian pengambil keputusan akan adanya kesempatan yang sebetulnya dapat dikenali atau yang biasanya disebut shadow option (Bowman dan Hurry, 1987). Pengenalan terhadap shadow options terjadi melalui retrospective sense making (Hurry, Miller dan Bowman, 1992) yang harus dimiliki oleh setiap pengambil keputusan.

Proposisi
Dalam tulisan ini, Edward H, Bowman dan Dileep Hurry mencari titik temu antara teori option dengan manajemen strategi perusahaan. Ada 5 proposisi yang dikemukakan yaitu:

  • Proposisi 1: Organisasi yang dapat membuat kombinasi (bundle) opsi dengan lebih baik akan berkembang lebih agresif pada pasar dan ekonomi berkembang bahkan pada pasar dan ekonomi yang sulit daripada kompetitor yang tidak mengembangkan dengan baik option bundle-nya.
  • Proposisi 2: Pada persepsi realistik dari lingkungan usaha yang tidak pasti, organisasi yang menahan opsi pada waktu periode yang tidak stabil dan menjual opsi pada periode yang stabil akan berkembang pada jangka waktu panjang lama serta mendapat keuntungan akibat kinerjanya jika dibandingkan dengan organisasi lain yang mempunyai perilaku yang berbeda.
  • Proposisi 3: Organisasi yang memasuki bisnis dan pasar baru dengan investasi yang dikombinasikan misalnya membeli opsi dalam jumlah kecil diikuti dengan investasi lain dalam jumlah besar akan mempunyai kinerja yang baik dibandingkan dengan organisasi yang memasuki pasar dan bisnis baru dengan hanya salah satu jenis investasi saja (misalnya satu jenis investasi baik kecil maupun besar).
  • Proposisi 4: Kinerja organisasi yang mempunyai investasi dalam bentuk opsi mempunyai hubungan dengan waktu investasi tersebut dengan level mulai dari yang paling tinggi kinerjanya (level a) hingga yang paling rendah kinerjanya (level e) dengan urutan kinerja paling tinggi yaitu membeli opsi (call) setelah mendapat dua signal, menjual opsi setelah menerima signal kesempatan, membeli opsi setelah menerima signal datangnya kesempatan, menjual dan membeli opsi setelah menerima signal expiration dan menerima dan menjual opsi sebelum datangnya signal.
  • Proposisi 5: Organisasi dengan struktur yang mampu menahan portofolio dari opsinya akan memperlihatkan diversifikasi yang lebih luas dibandingkan organisasi dengan struktur yang tidak mempunyai kemampuan untuk menahan opsinya.
Strategi dan Teori Organisasi
Dengan perspektif options, manajemen strategi dan teori organisasi dapat dibagi menjadi empat tema, yaitu: resource allocation, sense making, organizational learning dan strategic positioning. Pembagian ini tergantung pada dua hal yaitu tipe dari pengambilan keputusan apakah berfokus pada isinya (content themes) atau prosesnya (process themes) dan bagaimana tipe analisisnya apakah berorientasi pada masa depan atau tidak.

Konklusi
Beberapa penjelasan lain dalam temuan empiris tentang option lens telah banyak dipublikasikan oleh peneliti lain:
  • Interaksi antara strategi dan pemilihan lingkungan. Menurut Child (1972), organisasi akan beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedangkan menurut Levinthal (1991), organisasi dan lingkungannya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
  • Garbage can yang dikembangkan oleh March dan Olsen pada 1976. Teori ini sejalan dengan shadow options dan isinya kurang lebih bahwa sumber investasi sekarang dapat membuat pilihan strategi investasi untuk masa mendatang.
  • Means consensus oleh Bourgeois (1980): Organisasi dengan manajer yang mempunyai konsensus yang sama terhadap strateginya akan memiliki kinerja yang baik (outperform).
  • Risk-return paradox yaitu adanya korelasi negatif antara keuntungan yang didapat perusahaan dengan variasi dari keuntungannya (Bowman, 1980, 1982).
Masih banyak riset lanjutan yang dapat diteliti menggunakan perspektif option. Perspektif teori opsi juga dapat memberikan pandangan yang berbeda terhadap strategi organisasi misalnya teori psychologizing dari suatu perusahaan (March dan Simon, 1958; Simon, 1995) yang memandang ekonomi sebagai pendekatan untuk menyusun strategi.

Korupsi dan Perubahan

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/24/2008

Oleh Paula Widiastuti, SE, MSM. Diringkas dari CORRUPTION AND CHANGE: THE IMPACT OF FOREIGN DIRECT INVESTMENT (Christopher J . Robertson, Andrew Watson).

Studi tentang Korupsi
Definisi korupsi menurut Getz dan Volkema (2001:9) adalah penyalahgunaan aturan publik dan sumber daya untuk kepentingan pribadi atau penyalahgunaan sarana kantor untuk keperluan lain di luar kepentingan dinas. Bentuk-bentuk umum dari korupsi dalam lingkup bisnis internasional antara lain seperti penyuapan, pemerasan dan penggelapan.

Korupsi sangat besar pengaruhnya terhadap pasar uang, investasi dan keputusan fundamental dalam manajemen strategis. Peter Eigen, Kepala Transparency International pada tanggal 27 Juni 2001 mengatakan bahwa tingkat korupsi akan terus semakin tinggi baik di negara berkembang maupun negara sedang berkembang.

Para investor akan mempertimbangkan tingginya tingkat korupsi di suatu negara jika ingin menginvestasikan modalnya pada negara tersebut. Seperti yang pernah diungkapkan Mauro (1995) dan Wei (2000) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi investasi langsung dari asing (FDI: Foreign Direct Investment) adalah tingkat korupsi di negara tuan rumah. Efek-efek negatif korusi terhadap ekonomi dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Efek disincentive terhadap investasi yaitu meningkatnya risiko dan ketidakpastian yang akan dihadapi oleh investor seiring dengan bertambahnya biaya untuk memberi suap dan biaya lain (Getz dan Volkema, 2001)
  2. Efek distortionary (Goudie dan Stasavage, 1997) karena uang yang dibayarkan untuk menyuap menjadi sumber daya yang dialokasikan secara tidak efektif.
Di beberapa negara, korupsi merupakan sesuatu yang tidak dapat dicegah (Getz dan Volkema, 2001). Di Francis, Indonesia dan Argentina, pola korupsi telah memicu skandal publik. Namun di balik segala efek negatif yang ditimbulkan korupsi, Nye (1979) menemukan bahwa korupsi memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Untuk meneliti lebih dalam korupsi, pengaruh serta pemberantasannya, sejak tahun 1995 di Jerman telah berdiri suatu kelompok anti korupsi Jerman; Transparency International yang telah banyak berkontribusi pada riset pemberantasan korupsi terutama dengan mempublikasikan Corruption Perceptions Index (CPI).

Penelitian dan publikasi tentang korupsi dapat ditemukan pada banyak literatur dengan berbagai macam pendekatan. Shleifer dan Vishny pada tahun 1993 dan Wei pada tahun 2000 menggunakan pendekatan ekonomi, sedangkan Wines dan Napier pada tahun 1992 menggunakan pendekatan budaya nasional. Getz dan Volkema pada tahun 2001 serta Husted pada tahun 1999 menggunakan pendekatan campuran antara ekonomi dan budaya. Pendekatan gabungan ini sangat relevan dengan strategi pembuatan keputusan oleh karena itu sangat disarankan untuk digunakan sebagai kerangka berpikir dalam mempelajari korupsi dan akibatnya.

Salah satu yang menjadi perdebatan dalam studi mengenai korupsi adalah moral intensity (intensitas moral). Menurut Jones (1991), moral intensity terdiri dari enam elemen yaitu besarnya konsekuensi (magnitute of the consequences), kesepakatan sosial (social consensus), kemungkinan akibat (probability of effect), rentang waktu antara waktu sekarang dengan permulaan timbulnya konsensus pada diri seseorang (temporal immediacy), rasa kedekatan seseorang dengan situasi sosial, budaya dan psikologi serta fisikal yang menyebabkannya menghindarkan diri dari perilaku korupsi (proximity), dan konsentrasi dari akibat (concentration of effect).

Pada jurnal ini, Christopher J. Robertson dan Andrew Watson menuliskan penelitiannya tentang pengaruh Foreign Direct Investment terhadap korupsi dan perubahannya. Studi ini akan menggunakan pendekatan dan cara pandang dari sisi ekonomi serta budaya termasuk moral intensity. Ini menyebabkan studi ini berbeda dengan studi lainnya yang pernah dilakukan karena studi ini sangat dinamis yaitu tidak berfokus pada level FDI melainkan fokus pada perubahan FDI itu sendiri. Selain itu pula, studi ini memiliki perspektif yang berbeda yaitu mengindentifikasikan pengaruh perubahan FDI terhadap korupsi.

Hipotesa
  • Hipotesa 1a: Semakin cepat tingkat perubahan FDI pada suatu negara maka semakin tinggi tingkat korupsi yang dirasakan.
  • Hipotesa 1b: Semakin cepat peningkatan atau penurunan FDI pada suatu negara maka semakin tinggi tingkat korupsi yang dirasakan.
  • Hipotesa 1c: Tingkat korupsi yang dirasakan meningkat sebanyak pengkwadratan dari tingkat FDI di suatu negara.
  • Hipotesa 2: Semakin tinggi tingkat pencegahan ketidakpastian pada suatu negera maka semakin tinggi tingkat korupsi yang dirasakan.
  • Hipotesa 3: Semakin tinggi tingkat maskulinitas pada suatu negara maka semakin tinggi tingkat korupsi yang dirasakan.
Metode
Data diperoleh dari Transparency International, Bank Dunia dan sumber publikasi lain. Data diukur menggunakan Corruption Perception Index (CPI) yang dihitung skornya secara komputerisasi oleh Transparancey International pada tahun 1999 dan 2000. Transparency International menghitung CPI sebagai data gabungan dari berbagai survei independen dan dipublikasikan secara umum melalui media online. Skor CPI tahun 1999 meliputi 99 negara sedangkan tahun 2000 terdiri dari 80 negara.

Variabel independen dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu perubahan dalam variabel FDI dan variabel budaya. Variabel FDI terdiri dari perubahan linear dari FDI sedangkan variabel budaya terdiri dari 2 variabel yaitu maskulinitas serta pencegahan ketidakpastian yang diambil dari penelitian Hofstede (1997). Untuk variabel kontrol digunakan GNP per kapita, Government Consumption sebagai persentase dari GNP, FDI sebagai persentase dari GNP dan variabel jarak kekuatan Hofstede.

Untuk menghitung nilai korupsi digunakan skala Husted sebagai transformasi dari CPI yaitu dengan membuat skala 0 hingga 10 yaitu 0 untuk yang paling sedikit korupsinya dan 10 untuk yang paling banyak korupsinya. Data kemudian diolah dengan software SPSS untuk mencari regresi.

Hasil
Data hasil riset setelah diolah mengindikasi mendukung hipotesa 1a, 1b dan 1c baik tahun 1999 maupun tahun 2000. Ini menunjukkan bahwa perubahan pada FDI akan meningkatkan level korupsi yang dirasakan di suatu negara. Hipotesa 2 juga didukung oleh hasil riset yaitu semakin tinggi level ketidakpastian yang dapat dicegah maka semakin tinggi tingkat korupsi yang dirasakan. Sedangkan untuk hipotesa 3 terdapat indikasi hubungan positif antara maskulinitas dan CPI.

Konklusi
Aliran FDI dapat dipengaruhi oleh tingkat korupsi demikian pula tingkat korupsi dipengaruhi pula oleh FDI. Ini tak lain adalah akibat dari adanya Multi National Company (MNC) maka banyak negara-negara penerima investasi menjadi semakin kebarat-baratan akibat efek westernisasi dan berakibat menjadi hilangnya budaya asli (cultural convergen). Dengan mengetahui hubungan antara FDI, ketidakpastian dan korupsi maka diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengubah kebijakan pemerintah serta aturan bisnis guna mencegah terjadi korupsi. Dengan adanya pengetatan prosedur maka pemborosan akibat timbulnya biaya-biaya yang dialokasi secara efektif dapat dihindarkan. Dengan demikian bisnis akan berjalan dengan baik serta investor dapat menginvestasikan modalnya kepada negara-negara yang potensial tanpa khawatir akan adanya pemborosan cost.

Riset ini dapat dilanjutkan dengan riset lebih mendalam lagi misalnya tentang hubungan antara FDI dan korupsi antara wilayah geografis dan budaya. Studi ini belum dapat menggambarkan pengaruh perubahan pada perkembangan ekonomi serta budaya dalam hubungannya dengan korupsi. Selain itu, riset ini juga belum dapat menggambarkan bagaimana pengaruh FDI terhadap negara investor. Beberapa kekurangan ini diharapkan dapat digali lebih mendalam dalam riset-riset lanjutan.

Merancang Strategi Perusahaan

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/24/2008

Oleh Paula Widiastuti N, SE, MSM. Disarikan dari "ARE YOU SURE YOU HAVE A STRATEGY?" by Donald C Hambrick dan James W. Fredrickson

Dalam 30 tahun belakangan, para ilmuwan, akademisi dan kalangan bisnis telah menggunakan banyak model kerangka berpikir untuk menganalisa sesuatu secara strategis dan membuat rencana strategis. Namun tidak ada petunjuk nyata bagaimana aktualisasi dari strategi tersebut. Suatu aktifitas sering disalahartikan sebagai strategi. Misalnya menyediakan produk dengan harga murah, memberikan layanan bagi pelanggan dan menjadi yang pertama dalam bisnis, sesungguhnya kalimat-kalimat ini bukanlah pernyataan dari suatu strategi melainkan hanya elemen dari strategi belaka.

Suatu strategi walaupun telah sukses diimplementasikan pada suatu kasus, tidak dapat dipakai untuk kasus yang berbeda bahkan kasus yang sama sekalipun. Misalnya kesuksesan Dell Computer dalam memasarkan PC (Personal Computer) langsung kepada pengguna tentu saja tidak dapat sukses diimplementasikan oleh industri yang sama. Demikian juga dengan teori Porter tentang lima alat analisa untuk menentukan strategi; tidak dapat diimplementasikan secara seragam kepada industri dan segmen usaha yang berbeda.

Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti seni seorang jendral. Pada saat itu, istilah strategos digunakan oleh bangsa Yunani untuk menggambarkan bagaimana seorang jendral mengatur pasukan perangnya. Disebut seni karena tidak ada peperangan yang sama, seorang jendral harus dapat melibatkan seni dalam pengambilan keputusannya mengenai bagaimana mengatur sejumlah besar barisan perang untuk setiap peperangan yang berbeda. Tanpa strategi, waktu dan sumber daya akan terbuang percuma karena tidak dialokasi secara efektif ke aktifitas yang dapat mencapai tujuan. Strategi adalah seni dalam menentukan pilihan kombinasi aktifitas. Setelah suatu perusahaan menentukan visi dan misinya serta telah menentukan objective atau tujuannya, maka strategi sebagai salah satu bagian dari proses pencapaian tujuan organisasi berperan secara sentral dan terintegrasi. Untuk menentukan strategi, sebelumnya harus dilakukan strategic analysis yang terdiri dari analisa industri, kecenderungan arah pelanggan dan pasar, perkiraan perubahan lingkungan, analisa kompetitor, menyusun peta kekuatan dan kelemahan organisasi serta sumber daya yang tersedia. Strategic Analysis difokuskan pada masukan (input) untuk melengkapi strategic thinking.

Elemen Strategi
Suatu perusahaan harus memiliki strategi karena tanpa strategi perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya. Suatu strategi harus dilengkapi dengan 5 elemen yaitu:

  1. Arena yaitu di mana kita akan berada? Arena meliputi kategori produk, segmentasi pasar, area geografis, teknologi inti, desain produk, proses pabrikasi, penjualan dan distribusi produk dan jasa.
  2. Vehicle yaitu bagaimana untuk sampai ke sana? Bagaimana agar dapat mencapai kategori produk, segmentasi pasar, area geografis serta teknologi inti yang telah kita tentukan pada Arena. Pengembangan kemampuan internal, joint venture dan akuisisi adalah beberapa cara untuk mencapainya.
  3. Differentiator: bagaimana cara untuk memenangkan pasar? Differentiator adalah bagaimana cara perusahaan menyediakan produk dan jasa secara berbeda dari kompetitornya, image perusahaan yang berbeda dan bagaimana produknya di mata customer, kustomisasi produk, harga, model produk serta layanan purna jual.
  4. Staging: bagaimana kecepatan dan rangkaian gerakan yang akan diambil? Tahap-tahap dalam staging ini sangat tergantung dengan objective yang diinginkan, apakah memperluas jangkauan produk atau penguatan brand. Terkadang manajemen dihadapkan pada keputusan yang sulit ibaratnya memutuskan mana yang lebih dulu harus diciptakan: telur atau ayam? Untuk membantu menentukan staging yang tepat, pertama analisa dulu resource yang tersedia, bagaimana tingkat urgensinya, bagaimana kemampuan untuk mencapainya dan mengejar kemenangan dari kompetitor.
  5. Economic Logic: bagaimana untuk mendapatkan keuntungan di atas biaya yang telah dikeluarkan?
Elemen-elemen di atas sangat difokuskan pada hasil (output) suatu strategi untuk melengkapi strategic analysis yang terdiri dari masukan (input). Semua elemen di atas harus secara lengkap dijawab untuk menghasilkan strategi yang baik karena semua elemen di atas sangat penting. Kelima elemen di atas akan menciptakan strategi yang baik untuk diimplementasikan karena kelima elemen tersebut akan menjadikan suatu aktifitas menjadi saling mendukung, saling tergantung dan terintegrasi.

Ada dua contoh perusahaan yang telah menerapkan lima elemen strategi dengan baik. Dua perusahan itu adalah IKEA dan BPI (Brake Products International). IKEA adalah pengecer furniture berorientasi global yang sangat sukses. IKEA menjalin kemitraan dengan pabrik furnitur lokal di mana IKEA tidak hanya berperan sebagai bagian dari jaringan pemasaran atau perpanjangan tangan dari pabrik furniture itu melainkan IKEA juga mengambil peran untuk mengontrol standar mutu dari desain produk tersebut. Produknya dijual dengan harga yang tidak mahal namun memiliki mutu yang baik dan model yang selalu up to date, sangat cocok dengan target market-nya yang berusia muda dan dari golongan pekerja kantoran. IKEA memasarkan produknya hampir di seluruh belahan dunia. IKEA sama sekali tidak memiliki pabrik sendiri untuk setiap produk yang dihasilkannya. Bekerjasama dengan pabrik furniture lokal telah membuat produk IKEA akan selalu tersedia bagi konsumen tepat waktu, konsumen tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Dengan strategi ini, IKEA berhasil menjaga efisiensi serta mengatasi kendala geografis.

Kualitas Strategi
Kualitas strategi dapat diketahui dengan menjawal 6 pertanyaan:
  1. Apakah strategi yang dipilih cocok dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar?
  2. Apakah strategi yang dipilih dapat membuat perusahaan Anda lebih unggul daripada kompetitor?
  3. Apakah Anda memiliki keunggulan dan perbedaan dari kompetitor Anda? Dan apakah dengan strategi tersebut, keunggulan dapat dipertahankan terus menerus?
  4. Apakah strategi yang dipilih konsisten dan saling mendukung antara 5 elemennya?
  5. Apakah Anda memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan strategi tersebut?
  6. Apakah strategi yang dipilih dapat diimplementasikan?
Penutup
Strategi dalam suatu perusahaan hendaknya dapat membuat bisnis suatu perusahaan tetap fleksibel mengikuti perubahan lingkungan bisnis globalnya, jangan sampai penerapan strategi menimbulkan kekakuan. Strategi juga sebetulnya tidak melulu hanya mengenai perencanaan saja. Lebih dari pada sekedar bagaimana merencanakan aktifitas suatu perusahaan, strategi adalah tahapan yang terintegrasi, terus menerus dan penuh dengan informasi bagi keberlanjutan suatu bisnis. Mengutip pernyataan Gary Hamel dan C.K. Prahalad bahwa suatu kepemimpinan dalam perusahaan tidak dapat direncanakan tetapi juga tidak dapat terlaksana tanpa pertimbangan dan harapan yang baik.



Bisnis dan Ketidakpastian

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/24/2008

Oleh Paula Widiastuti N, SE, MSM.
Disarikan dari Profiting From Uncertainty: Strategy For Success No Matter What The Future Brings, Bab I: Embracing Uncertainty (Schoemaker, Paul J. H. Juli 2002)

Bisnis dan Ketidakpastian
Suatu perencanaan walaupun telah dilakukan dengan baik, tidak akan lepas dari ketidakpastian. Bahkan pemikir yang tercerdas sekalipun tidak dapat memperkirakan dan mengambil langkah antisipasi terhadap kemungkinan perubahan. Banyak contoh yang telah terjadi dalam dunia bisnis yang menjadi bukti bahwa sangat penting untuk mengantisipasti kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang:

  1. Kebakaran pabrik semikonduktor Philips di New Mexico pada tanggal 17 Maret 2000 mengakibatkan hilangnya potential revenue dan menimbulkan kerugian potensial bagi Ericsson. Ericsson tidak melakukan perencanaan yang matang untuk melakukan langkah antisipasi dan sama sekali tidak mempunyai rencana kedua (plan B).
  2. Cisco System pada awalnya merupakan perusahaan teknologi informasi yang paling sukses bahkan melebihi Microsoft dan General Electric. Sistem akuntansinya yang berbasis web memungkin suatu transaksi dan perubahan posisi keuangan dapat diketahui seketika sehingga dapat menghindari adanya perubahan di luar perkiraan. Strategi ini menjadi tidak efekti ketika terjadi perubahan dan Cisco tidak memiliki cara untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
  3. Finnish; perusahaan pembuat perangkat wireless terbesar mengalami kesuksesan ketika perangkat wireless sedang booming namun tanpa antisipasi terhadap perubahan dan terlena dalam masa jaya yang sementara waktu maka semua kesuksesan berlalu begitu saja.
  4. Kegagalan Long Term Capital Market (LCTM) pada tahun 1997 membuktikan bahwa walaupun perencanaan telah dilakukan dengan matang tetapi kenyataan yang terjadi bisa saja di luar perkiraan karena pasar bisa menjadi tidak rasional dan yang terjadi adalah di luar mental frame si peneliti.
Contoh kasus di atas mendasari pentingnya untuk berfokus pada ketidakpastian. Lingkungan di luar (external environment) sebagai potential value bagi perusahaan dapat mengalami ketidakpastian oleh karena itu harus dikelola dengan baik. Apalagi ketidakpastian tersebut cenderung meningkat secara signifikan. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa manusia memiliki keterbatasan untuk menebak apa yang terjadi pada masa akan datang.

Dunia bisnis telah mengenal suatu cara paling sederhana dalam mengatasi bencana-bencana bisnis yaitu asuransi dan contingency planning (rencana kemungkinan). Disebut mudah dan sederhana karena kemungkinan risiko bencana sudah diketahui. Dan sebagai jaminan terhadap kerugian yang mungkin ditimbulkan dalam bencana tersebut perusahaan perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Jika dikaitkan dengan prinsip ekonomi sebetulnya biayanya sangat tinggi karena kemungkinan terjadinya bencana sangat rendah, ini disebut high potential cost.

Belajar Dari Masa Lalu dan Mengantisipasi Perubahan
Dalam mengantisipasi kecenderungan perubahan perlu diperhatikan bahwa:
  1. Return On Investment (ROI) 35% dipengaruhi oleh kondisi umum perekonomian dan kondisi politik, 10% dipengaruhi lingkungan industri dan 55% dipengaruhi oleh langkah spesifik dari perusahaan baik dalam level corporate maupun bisnis unit (Roquerbert et al, 1996)
  2. Lingkungan tidak dapat dikontrol dan masa depan tidak dapat diprediksi. Untuk itu manajemen harus menyiapkan langkah-langkah antisipasi secara proaktif untuk menghadapi ketidakpastian berdasarkan pengalaman masa lalu.
  3. Senior manajer perlu meluangkan 3% waktu dan enerjinya untuk membangun visi ke depan secara kolektif dan jangan terlena dalam comfort zone (Hamel dan Prahalad).
Ketidakpastian dapat meningkat karena pengaruh beberapa faktor antara lain perubahan kebijakan politik dan bisnis, adanya teknologi baru serta perubahan demografis. Selain itu, penyebab lain adalah karena menurunkan masa jabatan CEO, meningkatnya globalisasi dan perubahan aturan/hukum bisnis.

Apakah perubahan dan ketidakpastian dapat diramal?
Peneliti telah menggunakan beberapa metode untuk mengukur dan memperkirakan perubahan serta ketidakpastian. Penggunaan Metode Decision Trees, Bayesian Statistics, utility theory, portfolio analysis serta Monte Carlo Simulation hendaknya tidak mengesampingkan kreatifitas dan analisa untuk pengambilan keputusan. Metode ini akan sangat baik jika dikombinasikan dengan Scenario Planning, Options Thinking dan penggunaan diagram.

Walaupun telah menggunakan metode yang tercanggih sekalipun, sebenarnya kita tidak dapat melepaskan diri dari 2 jenis keterbatasan manusia dalam bereaksi terhadap risiko dan perubahan yaitu Myopic Eyes dan Timic Souls. Myopic Eyes maksudnya bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam melihat ketidakpastian serta gagal berimajinasi untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di kemudian hari berdasarkan kondisi sekarang, manusia lebih percaya pada sesuatu yang telah terbukti. Timic Souls artinya manusia senang akan sesuatu yang pasti serta takut terhadap sesuatu yang belum pasti padahal mungkin saja yang dirasa sudah pasti tersebut hanya berlangsung untuk sementara waktu.

Bagaimana dengan insting, apakah boleh menggunakan insting dalam proses pengambilan keputusan untuk mengantisipasi perubahan? Insting dapat membantu tetapi juga dapat membawa bencana. Mengapa? Sebab biasanya insting didasari oleh dari pengalaman masa lalu sedangkan tidak selamanya segala sesuatu yang terjadi besok sama persis dengan apa yang terjadi hari kemarin. Tetapi sebagai suatu keunggulan manusia dibanding mahluk hidup lain, insting tetap dapat digunakan asalkan kita terus menerus membuat suatu insting baru dengan membuat skenario atau simulasi untuk mempelajari bagaimana suatu kejadian akan terjadi. Cara ini bermanfaat agar kita dapat merasakan pengalamannya sehingga jika kejadian tersebut benar terjadi maka kita dapat menggunakan insting tersebut. Metode membuat insting baru tersebut biasa disebut scenario planning dan selain digunakan untuk membuat insting baru, scenario planning juga dapat digunakan untuk mengembangkan suatu strategi serta implementasinya. Banyak perusahaan telah berhasil menerapkan scenario planning dan berhasil terhindar dari kerugian yang lebih banyak. Contoh yang baik adalah Enron pada tahun 2001-2002.

Langkah-Langkah Sistematis
Untuk menghasilkan hasil yang mendekati sempurna, scenario planning harus dipadukan dengan langkah-langkah: mengidentifikasi key success factors (faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan), membangun visi strategis yang seimbang antara komitmen dan fleksibilitas, mencari pilihan-pilihan lain jika ada dan melakukan monitoring yang dinamis serta melakukan penyesuaian terhadap skenario yang sudah dibuat dan diakhiri dengan implementasi rencana tersebut secara efektif. Lebih lanjut mengenai langkah-langkah tersebut diulas pada bagian lain buku ini.

Baca juga:
Review by Amazon
Review by Publisher

Bagaimana mencari inspirasi judul thesis?

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/18/2008

sabar...ini juga baru ide :)

yang lainnya:
Trik dapat nilai tinggi untuk tugas
Tips membagi waktu
Cara gampang cari jurnal
SCP (Sarjana Copy Paste)
Tips lulus TPA
Tips bekerja sambil kuliah

Tips menulis Skripsi/Thesis

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/18/2008

Akhir-akhir ini banyak sekali pengunjung blog ini yang bertanya kepada saya bagaimana cara menulis skripsi. Terdorong oleh rasa prihatin saya mengingat juga teman-teman seangkatan di Pasca Sarjana banyak yang belum acomplished dalam mengolah thesis inilah beberapa tips dari saya. Sekilas tips ini pernah saya bawakan ketika menjadi narasumber pada Kuliah Metodologi Research bulan Nopember 2007.

1. Just Do It
Mulai saja, jangan banyak 'berpikir'. Dengan 'berpikir' maka biasanya kita akan mulai dengan excuses alias alasan yang dicari-cari. Contohnya "gw belum dapat inspirasi" atau "ah, masih terlalu cepat kalau mulai sekarang". Denial adalah musuh paling besar. Wujudnya adalah kebiasaan menunda. Misal. "ah tenang, waktunya masih lama".

2. Buatlah target waktu
Cari tahu kapan batas waktu pengumpulan. Urutankan dari belakang yaitu kapan batas waktu pengumpulan skripsi/thesis.

Jurnal Keuangan Asia

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/03/2008

Jurnal penelitian keuangan di Asia. Format PDF. Lengkap termasuk reference dan hasil regresi.

    1. CAPITAL STRUCTURE AND FINANCIAL RISK: EVIDENCE FROM FOREIGN DEBT USE
      IN EAST ASIA. Allayanis, Brown dan Klapper. 2002. 51 halaman
    2. INTERNATIONAL COMPETITIVENESS OF ASIAN FIRMS: AN ANALYTICAL FRAMEWORK.
      Rajiv Kumar dan Doren Chadee. 2002. 22 halaman
    3. Capital Budgeting Practices in the Asia-Pacific Region: Australia, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Philippines, and SingaporeGeorge W. Kester, Rosita P. Chang, Erlinda S. Echanis, Shalahuddin Haikal, Mansor Md. Isa, Michael T. Skully, Kai-Chong Tsui, and Chi-Jeng Wang. 1997. 9 halaman
    4. Capital Structure in Asia. Booth, Aivazian, Kunt, Maksimovic. 2001. 44 halaman
    5. NEW DATABASE ON THE CURRENCY COMPOSITION
      AND MATURITY STRUCTURE OF FIRMS’ BALANCE SHEETS IN LATIN AMERICA, 1990-2002,
    6. Definition of Variables, Methodology of Construction and Data Sources. Herman
      Kamil. 2004. 34 halaman
    7. The Determination of Capital Structure: Is National Culture a Missing Piece to the Puzzle? Chui, Llyod dan Kwok. 2002. 29 halaman
    8. Determinants of Corporate Capital Structure in East Asia: Are there
      differences from the Industrialized Countries? Mamoru Nagano. 2003. 29 halaman.
    9. Economic Reforms and Financing Structure of Indonesian Listed Companies
      after the Asian Crisis: Corporate Finance Issues and the Solutions. Okuda dan
      Take. 2004. 31 halaman.

Yang butuh kontak saya langsung

Email. paula_widiastuti@yahoo.com
YM. paula_widiastuti

Journal Keuangan & Akuntansi Luar Negeri

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/03/2008

Jurnal Keuangan dan akuntansi dari Luar Negeri. Bahasa Inggris, lengkap dengan reference. Format PDF.

  1. Market Efficiency, long-term return, and behavioral finance. Eugene Fama 1997. 24 halaman
  2. Capital Market Efficiency: An Update. Stephen F LeRoy 1990. 12 halaman
  3. Efficient Capital Markets: Reply. Eugene Fama. 1976. 4 halaman
  4. Market Microstructure. Hans R Stoll. 2001. 66 halaman
  5. Making Market Microstructure Matter. Mauren O'Hara. 1999. 8 halaman.
  6. Market Microstructure: Theory & Empirics. Anna Calamia. 1999. 48 halaman.
Yang perlu jafri ke paula_widiastuti@yahoo.com atau telpon ke 0856-1636457

Analisis Efektifitas Marketing Expense

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/02/2008

Marketing expense atau beban pemasaran serta rencana anggarannya adalah salah satu keputusan penting yang harus dianalisa secara matang oleh seorang manajer, pemimpin perusahaan dan pemilik perusahaan (business owner). Anggaran yang terlalu kecil dapat berakibat pada rendahnya angka penjualan sedangkan anggaran yang terlalu besar akan berakibat pemborosan belaka tanpa bisa mendorong nilai penjualan menjadi lebih tinggi lagi. Kampanye iklan yang berhasil dapat berkontribusi menambah pelanggan baru serta peningkatan kesadaran dan kesetiaan pada merk yang dibangun (brand and loyalty awareness). Budget yang agresif tidak menjamin tercapainya tingkat penjualan yang tinggi (Chang, 2002). Demikian pula dengan kondisi ekonomi yang baik dan target laba telah terlampaui bukan berarti bahwa anggaran untuk promosi dan iklan harus diturunkan. Namun satu hal yang pasti bahwa iklan dan promosi wajib dilakukan apabila terlihat potensi penambahan pelanggan baru dan rencana peluncuran produk baru.

Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan belanja iklan tertinggi di Asia Pasific. Pada periode Oktober 2003 – Oktober 2004 Indonesia mengalami pertumbuhan belanja iklan sebesar 49 persen. Pertumbuhan belanja iklan yang tinggi ini antara lain karena bertambahnya jumlah media. Di Indonesia, televisi masih mengambil porsi terbesar, yakni 70 persen dalam belanja iklan. Disusul surat kabar 25 persen, dan majalah 5 persen (http://www.tempointeraktif.com, 2005). Sedangkan pada tahun 2005, belanja iklan meningkat sekitar 20 persen atau Rp 4 triliun dibandingkan dengan belanja iklan tahun 2004 yang berjumlah Rp 21 triliun. Jumlah belanja iklan tersebut berasal dari televisi sebesar lebih kurang 62 persen atau Rp 15,5 triliun, media cetak sebesar 27 persen atau Rp 6,75 triliun, media lain seperti radio dan iklan luar ruang memberikan kontribusi sebesar 11 persen atau Rp 2,75 triliun (http://www.kompas.com, 2005). Peningkatan jumlah belanja iklan ini dikarenakan meningkatnya daya beli (purchasing power) masyarakat sebagai akibat kondisi perekonomian yang membaik, selain semakin gencarnya produsen barang dan jasa tingkat global untuk melancarkan ekspansi iklannya ke Indonesia. Penilaian masyarakat terhadap iklan semakin kritis sehingga mau tidak mau produsen harus mengemas produknya dengan iklan yang menarik, kreatif dan tersebar di media-media yang ada. PT Telekomunikasi Indonesia contohnya, mengalami beban pemasaran yang meningkat sebesar Rp 244,3 miliar atau 27,7% dari Rp 881,9 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 1.126,2 miliar pada tahun 2005. Peningkatan beban pemasaran ini terutama disebabkan oleh naiknya beban pemasaran Telkomsel, yang meningkat sebesar Rp 148,1 miliar atau 41,6% terutama karena kenaikan biaya pendidikan pelanggan, iklan, promosi, dan pameran.

Apakah dengan peningkatan beban pemasaran akan meningkatkan penjualan? Apakah beban pemasaran memiliki korelasi dengan keuntungan dan market value?


Marketing budgeting
Banyak pakar dan peneliti telah merekomendasikan beberapa metode untuk menghitung anggaran pemasaran yang dapat diterapkan oleh kalangan bisnis. Mulai dari metode yang paling mudah sehingga dapat diimplementasikan oleh bisnis skala kecil sampai yang metode tersulit yang menganalisa berbagai faktor ekonomi makro dan mikro. Namun di antara metode tersebut tidak ada metode yang sangat akurat yang dapat dengan tepat memprediksi belanja iklan yang harus dihabiskan oleh perusahaan untuk mendapatkan laba penjualan yang diinginkan. Bass pada tahun 1978 pada jurnalnya mengatakan bahwa “There is no more difficult, complex, or controversial problem in marketing than measuring the influence of advertising on sales”. Umumnya penentuan besar kecilnya budget untuk beban pemasaran dan iklan sebagai bagian dari beban pemasaran tersebut akan ditentukan oleh harapan akan sales dan profit yang didapat serta kondisi perekonomian serta daya beli dari masyarakat.

Analisa efektifitas beban pemasaran
Ada 2 metode untuk menghitung pengaruh beban pemasaran terhadap future benefit yaitu berdasarkan keuntungan yang akan didapat (earning based) dan berdasarkan nilai aset (asset based). Kedua metode ini mempertimbangkan pengaruh marketing expense terhadap penjualan selama beberapa tahun, trend, forecast penjualan serta tingkat suku bunga untuk tahun-tahun berikutnya yang sulit diprediksi (Halsey et.al, 2003 dan Fried et.al, 2003).
Untuk dapat menghasilkan keuntungan, suatu perusahaan akan bergantung pada kemampuan manajemen untuk mengatur keuangannya seefisien mungkin. Besarnya keuntungan tentu saja dipengaruhi oleh revenue dari penjualan serta pengeluaran (expense). Item-item yang berpengaruh ini dapat digambarkan dengan jelas dalam laporan Profit or Loss atau Income Statement. Net Income sebagai hasil dari pengurangan antara Sales atau revenue terhadap expense kemudian akan dialokasikan pada Retained Earning serta deviden di mana dividen akan menjadi ukuran dari return yang diperoleh oleh share holder.
Salah satu indikator untuk mengukur kinerja perusahaan, level dan sumber pembiayaannya adalah rasio ROI (Return On Investment). Dalam ROI, ada satu komponen yang disebut Return On Asset (ROA). Tinggi rendahnya ROA akan berbeda pada setiap industrinya. ROA mengukur sejauh mana aset-aset yang dimiliki perusahaan mampu menghasilkan laba. Semakin besar ROA semakin baik karena perusahaan tersebut memperoleh laba lebih banyak dari pada pengeluaran yang diinvestasikan yang berarti semakin kecil asset turn over atau semakin besar income yang dihasilkan. ROA juga dapat memberi gambaran efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan uangnya untuk menghasilkan laba. Dalam kaitannya dengan ROA, sangat penting bagi manajer untuk menentukan proporsi investasi ke beban pemasaran untuk menghasilkan profit. Dalam hal ini, sangat diperlukan kebijaksanaan untuk menentukan alokasi yang tepat.

Bagaimana hubungan antara pengeluaran beban pemasaran dan return yang dihasilkan dapat diukur dengan rasio Return on Sales (ROS). Efektif tidaknya pengeluaran beban pemasaran dalam men-generate sales dapat dianalisa dari rasio ini, semakin besar rasionya maka semakin baik karena dengan demikian perusahaan mampu menghasilkan penjualan dengan pengeluran iklan yang minimum.

Mengingat sulitnya mengukur future benefit marketing expense maka dalam paper ini akan dianalisa efektifitas marketing expense dan pengaruhnya terhadap sales revenue dan ROA serta peningkatan market value. Ini dikarenakan penting untuk mengukur setiap aktifitas perusahaan dengan indikator keuangan. Aktifitas marketing akan sulit diketahui efektifitasnya jika menggunakan indikator customer satisfaction, brand loyalty and awareness karena indikator tersebut bias dan tidak kuantitatif.

Corporate Strategy: Useful Perspective For The Study Of Capital Structure?

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/02/2008

(diringkas dari jurnal asli dengan judul yang sama yang ditulis oleh Sidney L. Barton & Paul J. Gordon)

Pengantar

Praktisi bisnis dan mahasiswa keuangan sering dihadapkan pada pertanyaan bagaimana komposisi modal yang baik? Pada struktur modal tersebut, sebaiknya berapa persen dibiayai oleh hutang dan berapa persen dibiayai oleh penerbitan saham? Myers (1984) mengungkapkan bahwa pada teori keuangan serta praktek bisnis sehari-hari tidak ada kesepakatan umum mengenai faktor apa yang mempengaruhi keputusan mengenai komposisi modal ini, demikian pula bagaimana komposisi tersebut dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan tidak pernah ada suatu panduan khususnya. Hal ini disebabkan oleh perspektif ekonomi keuangan yang sering digunakan sebagai kerangka berpikir para ekonom. Padahal sebetulnya kerangka berpikir demikian lebih cocok untuk menjelaskan fenomena ekonomi yang terjadi daripada menjelaskan aktifitas keuangan pada suatu perusahaan atau bidang bisnis.

Selama ini, teori keuangan sering memberikan asusmsi sederhana mengenai bagaimana sesuatu akan atau telah terjadi. Contohnya: Teori Modigliani dan Miller (MM) yang menjelaskan adanya inkonsistensi antara struktur modal yang diobservasi dengan teori yang ada. Modigliani dan Miller juga mengangkat teori pasar sempurna yang isinya antara lain bahwa jika ada agency cost dan bankruptcy cost maka akan tax saving akan menyeimbangkan keadaan. Teori-teori akan sangat mengambang jika dihubungkan dengan aplikasi bisnis sehari-hari.

Corporate Strategy untuk Corporate Structure

Pada jurnal ini, Sidney L. Barton dan Paul J. Gordon meneliti bagaimana menggabungkan strategi perusahaan dengan struktur modal. Seperti dikutip dari Andrews (1980) bahwa struktur modal seharusnya harus dikomposisikan sesuai dengan strategi jangka panjang perusahaan bukan semata-mata hanya mempertimbangkan faktor preferensi seorang pengambil keputusan saja. Penggabungan ini diharapkan dapat memecahkan persoalan yang dihadapi oleh para mahasiswa keuangan tentang bagaimana struktur modal yang sesuai diterapkan yaitu bagaimana sesungguhnya komposisi antara hutang (debt) dengan modal (equity). Selain itu pula, mahasiswa yang mempelajari strategi perlu mendapat lahan belajar yang sesungguhnya untuk dapat menerapkan ilmu strategi yang didapat kepada bidang-bidang keuangan.

Untuk menguasai dan memahami struktur modal, perlu dilakukan beberapa langkah riset antara lain: 1) Mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan, 2) Mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh tersebut secara berkala disesuaikan dengan aktifitas nyata dalam perusahaan, 3) Meneliti apakah keputusan yang berbeda akan menimbulkan efek yang berbeda misalnya peningkatan kinerja perusahaan, 4) Apakah ada langkah-langkah lain yang dapat diambil sebagai panduan. Elemen lain yang diteliti dalam riset ini adalah strategi. Paradigma yang dipakai dalam kaitannya dengan strategi adalah paradigma yang dikembangkan oleh Andrews (1980) dan Chandler (1962). Kedua paradigma ini sangat relevan untuk mempelajari strategi perusahaan, fleksibel untuk digunakan oleh manajemen karena memungkinkan adanya beberapa pilihan strategi serta tidak hanya semata-mata membicarakan strategi dari sudut pandang tujuan ekonomi saja namun dapat secara global digunakan untuk menjelaskan tujuan sosial serta perilaku suatu organisasi.

Saran

Dari berbagai literatur, penulis memberikan 5 saran mengenai strategi dalam kaitannya dengan struktur modal:

  1. Kecenderungan pengambilan risiko oleh top management akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wiston dan Brigham (1981) bahwa komposisi debt dan equity sebetulnya merepresentasikan financial risk pada suatu perusahaan dan sebagaimana kita tahu bahwa komposisi tersebut ditentukan oleh top management sesuai dengan preferensi serta harapan akan rate of return yang akan diperoleh di masa datang.
  2. Tujuan top management untuk perusahaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Andrews pada tahun 1980 mengatakan bahwa strategi yang diambil oleh perusahaan akan berbeda antar satu perusahaan dengan lainnya. Hutang (debt) akan dapat memfasilitasi tujuan dari perusahaan sedangkan equity akan memberikan wealth kepada pemegang saham.
  3. Top management lebih senang membiayai perusahaan dengan sumber internal daripada sumber eksternal maupun dari pemegang saham baru. Dengan modal dari luar (pemegang saham) maka perusahaan kehilangan fleksibilitasnya (Modigliani dan Miller, 1958) padahal top management sangat concern dengan risiko keuangan serta kontrol pengambilan keputusan (Donaldson, 1961).
  4. Kecenderungan pengambilan risiko oleh top management maupun konteks keuangan dari perusahaan akan mempengaruhi jumlah hutang yang dipinjam dan dan tujuan penggunaannya. Hal ini berkaitan dengan risk aversion dari top management.
  5. Kemampuan keuangan, kontrol manajemen dan fleksibilitas akan memberi arah keputusan komposisi struktur modal perusahaan.

Untuk itu, sangat disarankan menggunakan beberapa macam strategi dalam berbagai macam situasi (diversification strategy). Ini sesuai dengan pendapat Bettis (1982) bahwa diversification strategy dapat mengungkapkan tindakan serta kebiasaan top management dalam pengambilan keputusan. Rumelt (1974) menyampaikan bahwa perusahaan akan menggunakan berbagai macam strategi didorong oleh: (a) keinginan untuk mengurangi risiko keuangan dengan memilih beberapa macam komposisi portofolio, (b) keinginan top management untuk lepas dari situasi bisnis yang tidak prospektif (menurun).

Kesimpulan

Studi ini memberikan hasil bahwa perspektif strategis dapat menjelaskan komposisi modal yang baik. Keputusan struktur modal adalah merupakan pilihan manajerial. Pilihan ini akan didasarkan pada nilai dan tujuan dari manajemen disesuaikan dengan ancaman serta kesempatan yang ada di luar organisasi serta kekuatan serta kelemahan internal perusahaan. Dengan diterapkannya pendekatan manajemen strategik untuk menyusun struktur modal maka diharapkan dapat mengatasi kekurangan paradigma keuangan dalam menjelaskan keputusan struktur modal. Dalam penerapannya saran-saran di atas, perlu diperhatikan 3 hal penting berikut:

  1. Studi ini merupakan studi awal dan belum ada suatu studi khusus yang melakukan riset terhadap isu ini.
  2. Saran 1, 2 dan 3 jika diimplementasikan pada aktifitas nyata perusahaan akan memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu strategi dan keuangan.
  3. Sangat disarankan dan terbuka untuk melakukan riset dan pengujian lebih lanjut tentang isu yang diangkat dalam jurnal ini.


Hubungan Kausalitas: Blockholders Ownership, Nilai Perusahaan dan Accounting Return Perusahaan Swasta di BEJ 2003- 2006

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/02/2008

disampaikan pada ujian Thesis Pasca Sarjana Ilmu Manajemen FEUI 2005 (16 Juli 2007) & asistensi Research Methodology Pasca Sarjana Ilmu Manajemen FEUI 2007 (27 Nov 2007)

Mengapa issue Blockholders menjadi menarik?

  • Pergeseran masalah keagenan ke bentuk baru yaitu masalah antara blockholders dan investor minoritas yang diakibatkan oleh meningkatnya persentase blockholders (Shleifer dan Vishny, 1997; Becht, Bolton dan Roell (2002).
  • Blockholders sebagai investor dengan kepemilikan saham > 5% memiliki incentive lebih besar untuk memonitor dan mengontrol tindakan manajer daripada pemilik saham yang lebih kecil presentasinya (Demsetz, 1983; Shleifer dan Vishny, 1986) dan lebih dilibatkan dalam isu-isu strategis perusahaan (Holderness, 2001) dan dengan demikian dapat mempengaruhi kinerja saham perusahaan.
Nilai Perusahaan
  • Nilai perusahaan merupakan fungsi dari struktur kepemilikan (Berle dan Means, 1932; Jensen dan Meckling, 1976).
  • Penelitian terdahulu mencari hubungan 1 arah dan simultan, hasil tidak signifikan
  • Kepemilikan merupakan variabel endogen (Demsetz, 1983)
  • Struktur kepemilikan tidak mempunyai pengaruh keseimbangan (equilibrium effect) karena kepemilikan itu sendiri dapat diubah-ubah oleh pemilik dan investor dalam rangka memaksimalkan keuntungannya (Demsetz dan Lehn, 1985)
Struktur kepemilikan
  • Struktur kepemilikan akan berubah-ubah sepanjang waktu, yang mungkin dapat disebabkan oleh respon terhadap kinerja periode yang lalu (Denis dan Sarin, 1999)
  • Pengaruh blockholders terhadap firm value akan bervariasi sesuai periode waktu dan negara sebagai fungsi dari sistem hukum dan regulasi lainnya (Shleifer dan Vishny, 1997; La Porta et.al., 1998, 1999, 200b).


Pertanyaan riset:
  1. Apakah perubahan kepemilikan oleh blockholders pada perusahaan swasta berpengaruh terhadap perubahan nilai perusahaan?
  2. Apakah perubahan nilai perusahaan pada suatu waktu akan menyebabkan perubahan jumlah kepemilikan blockholders perusahaan swasta pada periode berikutnya?
  3. Apakah perubahan blockholders pada suatu waktu akan menyebabkan perubahan nilai perusahaan swasta pada periode berikutnya?
Sample penelitian
28 BUMS listed di BEJ dan termasuk LQ 45 Feb 2006 s/d Juli 2006.


Model Penelitian
Model I. ANALISA PENGARUH PERUBAHAN

Diregresi dengan Metode Effect Tetap (interceps berubah)

chOSit = α + β1 chQit + β2 chROAit + ε it

Ket:
chOSit = perubahan Blockholders Ownership pada perusahaan i pada tahun t (OS t – OS t-1)
chROAit = perubahan Return on Asset (ROA t – ROA t-1)

chROAit = perubahan Return on Asset (ROA t – ROA t-1)

ROA = INCOME / ASET = INCOME/SALES X SALES/ASET

chQit = perubahan nilai perusahaan pada perusahaan i pada tahun t

Nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q dengan formula:

Q = Market value of equity + Book value of debt

Book value of asset

dimana:

Market value of equity = Closing price year end x Outstanding stock.

Book value of debt = Short Term Debt + Long Term Debt


Model II. Analisa Kausalitas

Diregresi dengan Metode Effect Tetap menggunakan rumus Granger Causality (model yang digunakan Thomsen et. Al, 2005)

Qt = α1 + β1OSt-1 + β2Qt-1 + μ1t

OSt = α2 + β3OSt-1 + β4Qt-1 + μ2t


Ket:

α dan β = parameter model

OS = persentase blockholders ownership

Q = Nilai perusahaan (diukur Tobin’s Q)

μ1t dan μ2t = uncorrelated error

Jika:

β1 ≠ 0 dan β1 ≠ 4 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara nilai perusahaan dan blockholders ownership.


Kesimpulan riset

Hasil model parameternya setelah dirun dengan eviews adalah:

β1 = 0.67134 dan β4 = -0.022691

Terdapat hubungan kausalitas di mana blockholders ownership pada lag sebelumnya menyebabkan peningkatan nilai perusahaan, pada lag berikutnya nilai perusahaan akan menyebabkan penurunan blockholders ownership.

Jurnal Utama
Steen Thomsen, Torben Pedersen, Hans Kurt Kvist. 2006. Blockholder ownership: Effects on firm value in market and control based governance systems. Jurnal of Corporate Finance 12 (2006) 246-269

Thomsen, Steen. 2004. Blockholder ownership, dividens and firm value in continental Europe.

Pedersen, T. Thomsen, S. Kvist. 2001. The direction of causality between blockholders ownership and firm value: US and EU Evidence

Jensen, Michael C, Meckling Wiliam H.1976. Theory of the firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3 (1976) 305-360. North Holland Publishing Company


(c) paula widiastuti, 2007

Positive Accounting Theory: A Ten Years Prespective

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/02/2008

leh Paula Widiastuti, SE, MSM

Pengantar

Positive Acounting Theory
adalah teori yang dikembangkan oleh Watts dan Zimmerman pada tahun 1978 yang dipublikasikan lewat tulisannya pada tahun 1978 dan tahun 1979. Positive Accounting Theory menemukan bahwa pada aturan akuntansi yang diterapkan pada praktek sehari-hari (misalnya pilihan metode akuntansi) memiliki hubungan dengan variabel perusahaan lainnya seperti analisa leverage dan besarnya ukuran perusahaan merupakan suatu variabel yang paling konsisten digunakan.


Seiring dengan berjalannya waktu dan kompleksitas transaksi akuntansi pada perusahaan, kini Positive Accounting Theory perlu di-review kembali validitasnya dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Apalagi pilihan metode akuntansi saat ini beragam dan lebih kaya serta jauh memuaskan dibanding sebelumnya.

Sebetulnya jauh sebelum Positive Acounting Theory dikembangkan oleh Watts dan Zimmerman, pada tahun 1960 Ball dan Brown telah melakukan penelitian tentang Modern Positive Accounting. Beaver pada tahun 1968 juga telah memperkenalkan suatu metode keuangan untuk akuntansi keuangan. Inti riset mereka adalah bahwa data-data akuntansi dapat memberikan informasi berarti bagi keputusan investasi pada pasar sekuritas sehingga akan mempengaruhi harga saham. Dari riset ini kemudian lahirlah istilah Information perspective yaitu bahwa pasar akan mengambil keputusan investasi berdasarkan informasi yang mereka dapat dari laporan keuangan perusahaan publik. Secara internal, laporan keuangan tersebut merupakan hasil dari pilihan metode akuntansi yang dipilih. Metode akuntansi di sini antara lain adalah metode persediaan dan penyusutan aktiva tetap. Jika dihubungkan dengan teori keuangan, sebenarnya pemilihan metode persediaan dan penyusutan tidaklah berpengaruh terhadap nilai suatu perusahaan sebagaimana pula tidak berpengaruh terhadap pajak. Lagipula jika dihubungkan dengan teori MM (Modigliani dan Miller) dan CAPM (Capital Asset Pricing Model), information perspective tidak sejalan karena menurut MM informasi akan mudah didapat (costless) dan tidak memerlukan biaya (no transaction cost).

Kritik terhadap Positive Accounting Theory

Sejak dipublikasikan pada tahun 1978, setidaknya sudah ada 8 tulisan yang mengkritik lemahnya Positive Accounting Theory. Kritik umumnya mengenai

- besarnya perusahaan dan rencana bonus dapat menjadi proxy bagi variabel yang diabaikan dalam Positive Accounting Theory

- teori ini lemah dalam menggambarkan pengaruh biaya politik

- teori ini menimbulkan bias

- teori ini bukanlah teori tetapi hanya pendekatan sosial dari akuntansi


Jawaban terhadap kritik

Untuk menjawab kritik tersebut, Watts dan Zimmerman melakukan riset mendalam. Riset dilakukan dengan membagi kritik menjadi 2 kategori yaitu kritik yang ditujukan pada metode riset serta hipotesa yang muncul sebagai hasil riset. Untuk menguji metode riset dibuat beberapa pengujian yaitu terhadap: spesifikasi model, akun yang terdapat pada sisi kiri neraca, akun yang terdapat pada sisi kanan neraca, variabel yang diabaikan serta hipotesis alternatif. Untuk menguji hipotesa yang muncul sebagai hasil riset maka dilakukan pengujian untuk membuktikan bahwa positive theory bermuatan nilai, pendekatan dalam teori yang cenderung ke arah sosiologi bukan akuntansi, penggunaan metode yang tidak tepat, pilihan metode akuntansi dalam teori ini serta metode penelitian.

Hasil Penelitian

Penelitian menghasilkan beberapa kesimpulan dan sekaligus bantahan terhadap kritik:

  1. Riset yang menghasilkan Positive Accounting Theory menggunakan metode yang biasa digunakan dalam riset ekonomi, keuangan dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Metode ini sudah teruji dan terbukti berhasil digunakan pada lingkup akuntansi.
  2. Positive Accounting Theory telah memberikan kontribusi terhadap banyak penelitian lain oleh karena itu teori ini masih bisa dijadikan landasan dalam penelitian selanjutnya.
  3. Aliran kas perusahaan lebih banyak dipengaruhi proses politik dibanding hipotesa tentang biaya politik.
  4. Pemilihan metode akuntansi yang digunakan oleh suatu perusahaan lebih dipengaruhi oleh pertimbangan efesiensi.
  5. Pemilihan metode akuntansi yang digunakan oleh suatu perusahaan akan sangat tergantung pada jenis industrinya.
  6. Agar lebih valid, pengujian terhadap kekuatan metode riset masih dapat menggunakan pengukuran error dalam net accruals dengan volume yang lebih diperkecil. Selain itu, dapat pula dengan menggunakan variabel indikator yang lebih sederhana untuk menggambarkan rencana bonus serta menggantikan kontrak berbasis hutang dengan variabel kontinue.

Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Positive Accounting Theory jauh lebih penting dan berarti daripada kritik-kritik serta bantahan yang dilontarkan oleh peneliti lain, kontribusinya terhadap dunia bisnis dan ilmu pengetahuan jauh lebih banyak serta telah menjadi referensi bagi banyak peneliti dan penulis lain. Dengan demikian, Positive Accounting Theory masih cukup valid untuk digunakan karena variabel dan modelnya sudah tepat dan telah menggambarkan praktek akuntansi dan keuangan di semua jenis industri.

Saran

Selain Positive Accounting Theory, masih banyak hal lain yang tak kalah penting untuk diteliti. Pengujian terhadap hutang, bonus dan hipotesa biaya politik masih jarang digali lebih dalam. Selain itu pengujian terhadap internal dan eksternal kontrak juga tak kalah penting dibanding pengujian terhadap variabel hutang dan kontrak bonus. Dalam riset dan pengujian ini hendaknya tidak melupakan untuk selalu mencari relasi antara teori dan prakteknya serta dengan melakukan investigasi antar beberapa industri dan dalam industri yang sejenis serta memperhatikan pula metode akuntansi yang digunakan dalam suatu perusahaan.

Pengaruh People dan Structure pada Star Model terhadap Keberhasilan Penerapan Teknologi Baru

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/02/2008

Landasan Teori
Pembahasan pentingnya peran teknologi dalam organisasi baru mulai dibicarakan pada perspektif modernist setelah munculnya 3 tipologi teknologi dalam organisasi. Tipologi Woodward, Thompson dan Perrow memberikan pencerahan bagi perkembangan teori organisasi di mana sebelum perspektif modernist muncul, teknologi tidak pernah disebut-sebut mempunyai arti penting terhadap perkembangan organisasi.

Dari perspektif modernis, teknologi dipandang sebagai cara untuk menghasilkan outcome, goal dan output suatu industri yang berupa produk di mana teknologi ini terdiri dari 3 elemen yaitu physical object, activities dan knowledge. Jika dipandang dari luar (outsider perspective), organisasi itu sendiri juga merupakan suatu bentuk teknologi karena organisasi dapat memproduksi object dan artifact yang dibutuhkan masyarakat. Pada teori organisasi, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan Open System di mana ada input yang menghasilkan output dan teknologi berperan dalam proses tersebut untuk mengolah input menjadi output. Dari dalam organisasi sendiri (insider perspective), teknologi dalam organisasi adalah metode dan pengetahuan yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.

Dalam perannya untuk mengolah input menjadi output, teknologi mempengaruhi organisasi dalam berbagai segi. Teknologi merupakan salah satu elemen perubahan strategik dalam organisasi (McCann, 1991) dan merupakan kunci sukses suatu organisasi (Studi SAPPHO pada Daft, 2004:413). Selain itu pula, pengembangan teknologi dalam organisasi diperlukan agar perusahaan dapat berkembang dan membesar (Galbraith dan Kanzanjian dalam Hage, 1998:24). Sebagai salah satu bagian dari teknologi, komputer dan proses otomatisasi akan membantu manajer organisasi untuk membuat keputusan strategik dengan cepat dan terpusat (Simon, 1976:116). Di samping itu pula, penerapan teknologi merupakan competitive advantage bagi organisasi menghadapi kompetisi pada pasar global (Chandler, 1962).

Teknologi bersama-sama dengan globalisasi dan strategi memberi pengaruh terhadap organisasi untuk menghasilkan performance organisasi (Galbraith dan Kanzanjian dalam Hage, 1998:31). Design ini disebut Star Model dan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Untuk menghasilkan performance yang baik, ada 5 elemen yang harus diperhatikan dalam organisasi tersebut. Kelima elemen tersebut adalah task, structure, information and decision, reward system dan people. Kelima elemen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya, perubahan pada elemen yang lain akan mempengaruhi elemen yang lain. Perubahan tersebut merupakan wujud dari saling interaksi antar elemen dari Star Model tersebut dan timbul sebagai proses penyesuaian dari perubahan pada elemen lainnya. Internally consistent atau kemampuan antar elemen untuk saling menyesuaikan diri akan menghasilkan performance kerja organisasi yang maksimal. Demikian juga jika ada perubahan pada faktor globalisasi, strategi dan teknologi maka dimensi organisasi juga akan berubah. Proses penyesuaian ini akan berlaku terus menerus setiap ada perubahan (constant readjusment).

Gambar 1. Star Model, dikutip dari Galbraith dan Kazanjian, 1988, Strategy, Technology, and Emerging Organizational Forms dalam Hage, J. 1988:31. Futures of Organizations

Perubahan teknologi akan mengakibatkan perubahan pada structure (Woodward, 1965), teknologi akan menghubungkan setiap orang dengan mengefektikan pola komunikasi (Galbraith dan Kanzanjian dalam Hage, 1998:54). Jika elemen-elemen organisasi tidak dapat mengadopsi suatu teknologi dengan baik maka inovasi dari teknologi tersebut akan mengakibatkan kegagalan organisasi. Teknologi juga telah mengubah pola komunikasi pada organisasi yakni dengan menyingkirkan barrier dalam komunikasi. Barrie waktu dan ruang dalam organisasi seperti hirarki organisasi dan pemisahan departemen akan digantikan dengan komunikasi virtual tanpa batas (Galbraith, 1994).

Masalah Dan Pertanyaan Riset
Pada paper ini, penulis akan meneliti pengaruh elemen-elemen pada Star Model terhadap keberhasilan penerapan teknologi baru pada suatu organisasi. Dari kelima elemen tersebut, penulis hanya melihat 2 elemen saja yaitu Structure dan People. Dua elemen ini dipilih karena mudah diukur dan mudah terlihat pengaruhnya.


Jika dikaitkan dengan pendekatan Open System, penerapan teknologi itu sendiri juga merupakan suatu bentuk dari Open System di mana ada input yaitu teknologi dan performance sebagai output. Performance ini nantinya yang merupakan faktor penilaian keberhasilan dari penerapan teknologi pada organisasi.

Urgensitas Pengaplikasian Software Keuangan pada UKM di Indonesia

Written by Paula Widiastuti, SE, MSM on 6/02/2008

Tujuan pendirian perusahaan tak lain tak bukan adalah untuk menghasilkan profit bagi pemilik perusahaan (Ross, 2004). Keuntungan tersebut merupakan selisih dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan pendapatan yang diterima, tentu saja perusahaan harus dapat men-generate cash flow lebih banyak daripada pengeluarannya.

Profitabilitas dan perkembangan usaha dapat dianalisa dari laporan keuangan. Secara umum laporan yang sering dipakai adalah Balance Sheet (Neraca) dan Laporan Laba Rugi (Income Statement). Selain profitabilitas, dari laporan keuangan tersebut dapat terjawab 3 pertanyaan penting menyangkut keberlanjutan bisnis, antara lain capital budgeting, financing decision dan short-term finance (net working capital). Capital budgeting decision adalah keputusan untuk menentukan strategi bisnis jangka panjang apa yang akan dijalankan. Sedangkan bagaimana membiayai investasi jangka panjang tersebut berkaitan dengan financing decision. Pertanyaan ketiga adalah bagaimana mengelola kas harian yang akan terjawab dari short-term financing. Ketiga keputusan tersebut akan membantu manager keuangan dalam suatu perusahaan untuk menjalankan tugas utamanya yaitu create value atau menciptakan nilai dari suatu perusahaan.


Laporan keuangan yang akan dianalisa untuk menentukan keputusan financial pada suatu perusahaan berasal dari data-data transaksi keuangan yang diolah menjadi laporan keuangan oleh bagian accounting. Pada bagan di bawah ini diperlihatkan hubungan antara bagian akunting dengan pengambil keputusan keuangan.

Transaksi keuangan dicatat pada Journal Voucher kemudian diposting ke dalam General Ledger (Buku Besar), berdasarkan saldo General Ledger akan disajikan menjadi Balance Sheet, Income Statement, laporan perubahan modal dan Cash Flow Report. Proses ini disebut siklus akuntansi.

Gambar 1.
Siklus akuntansi secara manual


Siklus Akuntansi di perusahaan besar
Saat ini, siklus akuntansi sudah tidak dikerjakan secara manual lagi. Sebuah survey yang dilakukan oleh AICPA pada tahun 2005 terhadap UKM di Amerika, pengolahan data-data keuangan secara manual tinggal 12% dari seluruh proses akuntansi di suatu perusahaan, sisanya telah dibantu oleh aplikasi keuangan. Telah terjadi pergeseran dari kertas dan pen ke aplikasi akuntansi, kegiatan tulis menulis secara tradisional di mana akuntan dipenuhi dengan tumpukan invoice telah menjadi kegiatan kuno (Lisa Spinelli, 2005). Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan dalam teknologi, produk dan proses, serta terbentuknya masyarakat informasi. Dalam dunia usaha dituntut untuk tampil adaptif terhadap perubahan yang terjadi dengan perbaikan strategi dan operasi perusahaan agar dapat bertahan dalam kompetisi dunia usaha yang semakin ketat. Salah satu unsur strategis bagi bisnis adalah olah data akuntansi secara cepat dan akurat untuk pengambilan keputusan bisnis. Perkembangan perangkat lunak (software) akuntansi berbasis komputer yang semakin canggih dan mudah dioperasikan (user friendly) merupakan iklim yang kondusif bagi dunia bisnis yang dinamis.

Dengan menggunakan perangkat lunak, akuntan dengan mudah mencatat setiap transaksi keuangan, informasi cepat tersebar, proses pelaporan tidak lambat, proses audit mudah, serta tidak perlu mengulang posting berkali-kali. Mutu laporan yang sudah distandarisasi sistem, hemat ruang, tenaga serta pikiran serta sangat efektif dan efisien sehingga laporan keuangan dapat dihasilkan dalam waktu yang cepat dan hasil yang akurat.


Pada perusahaan besar (corporate) laporan keuangan dihasilkan dengan bantuan teknologi maju yang disebut ERP (Enterprise Resource Planning). Software ERP merupakan tools IT dan manajemen untuk membantu perusahaan merencanakan dan melakukan berbagai aktifitas sehari-hari. ERP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang mampu mendukung semua transaksi yang dilakukan suatu perusahaan dan tiap aplikasi tersebut bekerja secara berkaitan satu sama lainnya. Modul yang tersedia antara lain Sales dan Distribution, Materials Management, Production Planning, Human Resources Management dan Financial Accounting. Sistem in
i bertujuan untuk mengintegrasikan keseluruhan rangkaian proses bisnis yang terdapat dalam suatu organisasi, misalnya dalam perusahaan manufacturing, ini berarti keseluruhan proses supply chain mulai dari supplier sampai dengan customer dalam suatu rangkaian proses yang saling berbagi informasi. Software ERP yang banyak digunakan oleh corporate di Indonesia di antaranya adalah SAP (System Application and Product in data processing) dan Oracle. Software ini sudah diimplementasikan di Astra International, Toyota Astra Motor, Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bentoel Prima, United Tractor, Daihatsu Motor, Pertamina, Aqua, Telkomsel, Auto 2000, Blue Bird dan perusahaan besar lainnya. Software tersebut bukan sekedar perangkat lunak yang dapat menghasilkan laporan keuangan neraca dan rugi laba, tetapi sampai ke analisis keuangan dan perencanaan anggaran serta perencanaan strategis.

Gambar 2.
Siklus Akuntansi dengan Bantuan Software

PENTINGNYA MANAJEMEN KEUANGAN DI UKM


Ada pendapat yang mengatakan usaha kecil menengah adalah usaha yang dijalankan oleh 1 atau 2 orang saja, tetapi ada pula yang menyebutkan usaha yang dijalankan 50-60 orang pun masih tergolong usaha kecil menengah. Literatur lain mendefinisikan usaha kecil sebagai usaha yang terdiri dari 99 orang pekerja dengan volume penjualan tahunan dibawah 1 milyar per tahun. Negera lain ada yang membatasi 300-500 pekerja. Biro Pusat Statistik mengkategorikan Usaha Kecil sebagai suatu bentuk usaha dengan 5 hingga 19 orang pekerja dan Usaha Menengah dengan 20 orang pekerja.

Berdasarkan pengklasifkasian skala usaha kecil dan menengah menurut kriteria dari Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia adalah sebagai berikut: Usaha kecil 1) Kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau 2) Penjualan tahunan maksimal Rp 1.000.000.000 3) Milik warga negara indonesia, 4) Berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah maupun usaha besar. Sedangkan usaha menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat dengan kriteria 1) Kekayaan bersih lebih dari Rp 200.000.000 sampai dengan Rp 10 milyard; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, 2) Milik warga negara Indonesia, 3) Berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar; 4) Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum dan atau yang berbadan hukum.

Menurut data Biro Pusat Statistik, pada tahun 2004 jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) sebanyak 43.224.077, naik sekitar 1,61 % dari tahun sebelumnya. Secara lengkap statistik UKM dapat dilihat di tabel berikut ini:


Tabel 1.
Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah di Indonesia



Dari tabel di atas terlihat bahwa UKM di Indonesia merupakan aset ekonomi negera yang tumbuh pesat, dengan kuantitas lebih banyak daripada perusahaan besar UKM menyerap lebih banyak tenaga kerja daripada usaha besar. Pada tahun 2004, UKM menyerap 79.066. 864 tenaga kerja lebih tinggi daripada usaha besar yang hanya 409.902. UKM telah menyumbang Produk Domestik Bruto sebesar 315.372.815 pada tahun 2004 atau naik 12, 68 % dari tahun sebelumnya. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Propinsi DKI Jakarta, Sukri Bey mengungkapkan, pembangunan ekonomi di Propinsi DKI Jakarta akan berhasil apabila berbasis Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Studi yang dilakukan PT. Data Consult Inc di Indonesia pada tahun 2003 mendapati bahwa usaha kecil menengah di Indonesia banyak bergerak di sektor informal, masih sangat sedikitnya regulasi dari pemerintah dan hampir 70% di antaranya bergerak di bidang perdagangan dan pabrikan. Temuan lain dalam riset itu bahwa usaha kecil menengah di Indonesia masih membatasi jaringannya dan dikelola oleh individu dengan skill yang average dan pengalaman yang terbatas. Usaha kecil menengah sangat potensial karena tetap survive di kala krisis saat banyak usaha besar terimbas bahkan bangkrut.

Menurut data dari BPPN tahun 2002, ada sekitar 170.000 UKM bermasalah dan berada dalam pengelolaan BPPN. Pada diskusi yang diadakan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra pada Juli 2002 dilontarkan ide untuk mempertahankan eksistensi Usaha Kecil Menengah dengan cara memberi keringanan bunga untuk pengusaha kecil menengah yang memiliki kredit bermasalah agar dapat diberi kesempatan untuk menghitung ulang kewajiban hutangnya. Pada diskusi tersebut terungkap juga kendala UKM antara lain kurang fairnya treatment dari Perbankan untuk memperoleh akses pembiayaan, kurangnya kesempatan yang layak untuk bisa bersaing dengan usaha yang lebih besar, serta kurang akses terhadap pasar akibat belum dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi.

Swiss Contact adalah salah satu dari lembaga yang perduli terhadap eksistensi UKM Indonesia. Menurut riset yang mereka lakukan, untuk dapat sukses dalam era ekonomi yang dinamis UKM harus fokus pada core areas of competency. Selain itu harus ada kepedulian dari pihak di luar UKM untuk membantu meningkatkan performa, akses ke pasar dan kompetisi. Peningkatan skill pengusaha UKM sangat penting dilakukan untuk itu Swiss Contact telah memberikan pelatihan sistem keuangan dan perpajakan berbasis software dengan aplikasi Zahir Accounting pada UKM di Jepara dan sekitarnya. Setelah mendapat pelatihan keuangan dan aplikasi software, banyak UKM di Jepara berhasil memasuki pasar import dengan mengimport furniture Jepara ke pasar Amerika dan Eropa sebanyak 10 kontainer per bulannya dengan nilai lebih dari 150 juta.

Kisah sukses UKM di Jepara membuktikan bahwa kelemahan-kelemahan UKM sebenarnya dapat diatasi dengan penerapan sistem informasi berbasis komputer dan pengaplikasian perangkat lunak keuangan sebagai tools untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan disertai dengan training untuk menambah skill.

Di Indonesia, telah banyak perangkat lunak keuangan yang didevelop oleh programmer dalam negeri. Software tersebut telah mengadopsi standar akuntansi yang berlaku dan sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan fitur yang disesuaikan dengan kebutuhan usaha kecil menengah maka harga software ini cukup terjangkau oleh kemampuan UKM. Namun penggunaannya masih terbatas pada UKM di perkotaan terutama pada bidang usaha pertokoan. Software yang cukup dikenal di kalangan UKM Indonesia antara lain Zahir Accounting, Accurate Accounting Software dan MYOB Asia serta FINA Business & Accounting Software.

Studi kasus UKM di luar Indonesia

Belum berkembangnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) karena terhambat faktor teknologi ternyata tidak hanya dialami oleh UKM di Indonesia, tapi juga di negara-negara ASEAN lainnya. Pada ASEAN-China Workshop yang digelar di Bandung Juli 2003 terungkap bahwa UKM di Malaysia, Myanmar, Philipina serta Thailand pun masih menghadapi persoalan yang sama menyangkut masalah teknologi ini. Minimnya penggunaan teknologi di kalangan UKM di ASEAN disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari minimnya akses hingga ke masalah pembiayaan dan SDM. UKM di ASEAN belum banyak mempunyai akses secara langsung ke teknologi, di samping itu, masih mahalnya biaya penggunaan teknologi. Tingginya biaya penggunaan teknologi ini tentu saja tidak mampu dijangkau oleh UKM yang mayoritas mempunyai keterbatasan modal. Di sisi lain, SDM yang ada di UKM ternyata belum sepenuhnya siap mengelola teknologi yang ada padahal sebenarnya teknologi sangat dibutuhkan oleh UKM. Tujuannya guna meningkatkan daya saing yang dibutuhkan untuk memasuki pasar bebas.
Jovito Rey Gonzales dari Departemen Iptek Philipina mencontohkan kondisi di Philipina bahwa sekitar 32 persen UKM tidak memiliki nilai tambah yang dapat dipergunakan mengembangkan usaha. Nilai tambah ini tentu saja berkaitan dengan penggunaan teknologi di kalangan UKM. Penggunaan teknologi sendiri diyakini Jovito akan berdampak positif terhadap produksi. Setiap UKM dapat meningkatkan produksi. Sehingga pada akhirnya UKM tersebut mampu memenuhi permintaan pasar. Dengan demikian UKM dapat bersaing dengan usaha berskala besar di pasar bebas. Dalam hal penggunaan teknologi di kalangan UKM ini tampaknya negara-negara ASEAN harus belajar banyak dari Cina. Di negeri tirai bambu tersebut teknologi sudah merambah kalangan UKM di mana Cina mampu menyediakan teknologi dengan harga murah. Perkembangan UKM di Cina yang pesat dan kontribusi UKM yang mencapai 60 persen dari keseluruhan nilai eksport Cina dan sekitar 43 persen pendapatan negara berasal dari UKM merupakan efek positif dari penggabungan teknologi dengan ekonomi. Division Chief of China Rural Technology Development Centre, Quyang Xiaoguang, sejak tahun 1985 Cina telah membaharui sistem manajemen iptek. Caranya dengan menggabungkan teknologi dengan ekonomi. Penggabungan ini ternyata berefek positif bagi UKM di sana, karena mereka dapat memanfaatkan teknologi dengan mudah.

Pada tahun 1984, lebih dari 50% pajak di Jerman Barat terkumpul dari usaha kecil menengah. Selain itu, separuh dari Gross Domestic Product dan penyerapan tenaga kerja adalah dari sektor kecil menengah ini (Norbert 1990). Angka di Austria dan Switzerland bahkan lebih tinggi dari Jerman Barat (Aiginger, 1984). Dari sudut pandang sosial dan ekonomi, sangat penting untuk membangun daya saing usaha level kecil menengah ini (Norbert 1990).

Tujuhpuluh lima persen dari sekitar 23 ribu UKM yang ada di Amerika dikelola oleh 1-2 orang (sole propetiory) yang tidak mengerti akuntansi (Mary Grisch-Bock, 2005). Skill, harga software dan biaya implementasi yang tinggi menjadikan software ERP menjadi investasi yang tidak terjangkau menyebabkan UKM tidak segera beralih dari manual ke pengelolaan keuangan berbasis teknologi informasi. Padahal menjalankan bisnis adalah mengenai mengelola uang. Mengelola, kapan, mengapa, di mana dan berapa adalah pertanyaan krusial sebesar atau sekecil apapun bentuk usahanya (Isaac M O’Bannon, 2005). Efektifitas pengelolaan relasi bisnis (customer dan vendor), pengelolaan persediaan dan proses bisnis lain merupakan hal esensial. Pengaturan dana yang keluar dan masuk lewat sistem akuntansi pembukuan ganda (double-entry) dapat berkontribusi terhadap keakuratan data bisnis yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan usaha. Sembilan puluh sembilan persen dari total pasar bisnis di Amerika Serikat dijalankan oleh lebih dari 23 juta Usaha Kecil Menengah dan menyumbang lebih dari 50 persen dari gross domestic product. Suatu jumlah yang tidak sedikit dan sayangnya bisnis tersebut dikelola dengan tidak efesien. Pengusaha sangat brilian dan punya mengetahui bisnisnya lebih dari apapun tetapi tidak terlalu pandai dalam pencatatan keuangan secara profesional (Isaac M O’Bannon, 2005).

Umumnya pemilik UKM beranggapan bahwa perencanaan dan pengembangan strategi bisnis adalah tidak perlu dan naif (Deakins, 1998). UKM juga memiliki keterbatasan ketrampilan keuangan dan kurang memahami informasi akuntansi (Lawson, 1995).

Bagi Usaha Kecil Menengah, teknologi seperti terlihat sebagai suatu investasi uang dan waktu yang yang mahal dan tak terjangkau, tetapi memilih tools yang tepat akan membuat bisnis menjadi lebih mudah daripada sebelumnya (Black Enterprise, 2005). Berbeda dengan pendapat dari Josh Lackner 2005 yang tidak yakin bahwa teknologi dapat dijangkau oleh pasar menengah, karena teknologi software masih merupakan tools yang sangat mahal dan pasar menengah masih sangat price-sensitif.

Perusahaan dapat diklasifikan berdasarkan levelnya berdasarkan penyerapan teknologi dalam produk dan prosesnya menjadi 2 tipe: high and low technology firms. Perusahaan yang menerapkan teknologi tinggi cenderung memberi perhatian tinggi terhadap transformasi dan gaya kepemimpinan. 2 hal tersebut berkorelasi positif terhadap strategic planning dan indikator prestasi mayor lainnya. Di lain pihak pihak, perusahaan yang menggunakan low technology cenderung memberi perhatian pada kepemimpinan tradisional yang berkorelasi dengan strategi internal dan indikator jangka pendek. Walaupun demikian, riset menemukan bahwa low technology dapat memberi kontribusi terhadap lingkungan luar perusahaan yang sama dengan teknologi tinggi dengan mengubah perencanaan strategisnya, pola kepemimpian dan budaya organisasi (Nicholas O'Regan, Abby Ghobadian, 2005).

Pada dekade ini, telah terjadi peningkatan minat secara signifikan terhadap bisnis pada level Usaha Kecil Menengah, di Amerika 40 sampai 60 % GNP (Gross Product National) berasal dari UKM dan sekitar 50% tenaga kerja bekerja di sektor UKM (Neubauer and Lank 1998). Pentingnya memberi perhatian penuh terhadap sektor usaha kecil menengah ini terutama pada capital structure decision karena masalah-masalah bisnis lebih didominasi UKM dan perusahaan yang baru berdiri (Terpstra and Olson 1993). Masalah tersebut lebih didominasi oleh tidak kokohnya sumber-sumber pendanaan (Coleman 2000; Van Auken and Neeley 1996; Gaskill and Van Auken 1993; Welsch and White 1981; Jones 1979; and Wucinich 1979) dan manajemen pengelolaan keuangan (Berger and Udell 1998). Hasil riset oleh Randy Johson pada tahun 2005 menemukan bahwa siklus keuangan pada UKM tidak dapat mengadopsi siklus pada umumnya seperti yang pernah Berger dan Udell (1998) temukan.

Siklus pertumbuhan UKM tidak sama dengan siklus bisnis usaha besar, tidak seperti perusahaan besar dimana laporan keuangan dapat diseragamkan dengan suatu standar baku, laporan keuangan UKM tidak dapat distandarisasi. Sumber-sumber pendanaan pada UKM berasal dari lingkungan keluarga dan pinjaman, karakteristik ini berbeda dari jenis usaha lain (Johnson, 2005).

Dengan penggunaan software akuntansi akan terjadi kemajuan dramatis pada bisnis. Pada banyak organisasi, pemilihan software dapat memberi value secara signifikan terhadap organisasi (Anonymous, 2005). Kesuksesan UKM tidak lepas dari pengadopsian teknologi baru secara cepat karena investasi pada IT (Information Technology) dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi cost dan berkontribusi terhadap daya saing perusahaan (Heathfield, 1997).

Dengan digunakan software akuntansi, bagian akunting setiap saat dapat dengan mudah mengetahui berapa jumlah stok, piutang, hutang, open invoice, order dan penawaran dan data-data lain. Dengan demikian perusahaan akan mendapatkan Competitive Advantage dengan tersedianya laporan keuangan yang rapi dan dapat dipertanggungjawabkan (Nigel Yap, 2001).


KESIMPULAN

Penyajian laporan keuangan secara cepat, tepat dan akurat penting bagi analisis performa Usaha Kecil Menengah. Nilai transaksi yang besar dan semakin bertambahnya asset merupakan faktor urgensi diadopsinya software akuntasi bagi kalangan usaha kecil menengah. Migrasi dari pekerjaan yang terbiasa dikerjakan secara manual ke otomatis dan computerized tidak mudah karena harus diimbangi dengan skill yang memadai dan kesediaan untuk berinvestasi pada perangkat lunak.

Penulis mendapati belum pernah ada riset sebelumnya mengenai pengadopsian perangkat lunak akuntansi dan keuangan pada UKM di Indonesia walaupun telah banyak developer yang memberi perhatian pada sektor ini.

Best view with:
Firefox and Opera

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Creative Commons License

Sharing knowledge for all, Scientific but simple. Free to use for improvement of accounting and accounting in Indonesia and world.
Please show me your support if you like this blog and if the content useful for you:
1. Keep this blog link in you mind. Remember the address : http://jurnalakuntansikeuangan.blogspot.com/
2. Bookmark this blog address
2. Give me a comment, you can write it behind every article you like
3. If you take the quotation, then you should write this blog address in your script/thesis/disertation reference
4. Put this blog button and link in your blog.
5. Subscribe for this blog feeds so you will have the update everyday right on your email
6. Give me a vote on technoraty, diggs etc

Success for you!!
..**Paula Widiastuti**..
paula_widiastuti@yahoo.com